The Silence of the Lambs (1991), yang disutradarai oleh Jonathan Demme, adalah salah satu film thriller psikologis yang paling berpengaruh dalam sejarah perfilman. Diadaptasi dari novel karya Thomas Harris yang terbit tahun 1988, film ini bukan hanya sukses secara komersial, tetapi juga meraih kesuksesan kritis dan memenangkan lima penghargaan utama di Academy Awards, termasuk Best Picture, Best Director, Best Actor, Best Actress, dan Best Adapted Screenplay.
Proyek ini dimulai dengan keputusan dari produser Kenneth Utt yang membeli hak untuk mengadaptasi novel tersebut. Awalnya, proyek ini dihadapi dengan keraguan oleh banyak studio karena topik tentang pembunuh berantai dan psikopat dianggap terlalu kontroversial. Namun, setelah kesuksesan film The Terminator (1984) yang disutradarai oleh Jonathan Demme, ia dipilih untuk menyutradarai film ini.
Jonathan Demme dan penulis naskah Ted Tally melakukan banyak riset untuk menjaga akurasi dalam menggambarkan psikologi pembunuh berantai dan profesional medis. Mereka bekerja sama dengan ahli forensik untuk mempersiapkan adegan-adegan yang menggambarkan FBI serta wawancara dengan pembunuh berantai.
Pemilihan dua aktor utama, Anthony Hopkins dan Jodie Foster, menjadi faktor kunci dalam kesuksesan film ini. Peran Hopkins sebagai psikiater pembunuh berantai ini telah menjadi salah satu peran paling terkenal dalam sejarah perfilman. Hopkins hanya muncul sekitar 16 menit di layar, namun perannya sangat mendalam, sehingga ia memenangkan penghargaan Best Actor di Academy Awards. Hannibal Lecter menjadi karakter yang sangat ikonik dalam budaya pop. Setelah kesuksesan film ini, Hopkins memerankan karakter yang sama dalam dua film berikutnya, Hannibal (2001) dan Red Dragon (2002).
Jodie Foster dipilih untuk memerankan Clarice Starling, agen FBI muda yang berusaha memahami pikiran Lecter untuk menangkap pembunuh berantai Buffalo Bill. Foster menggambarkan karakter ini dengan sangat kuat, memenangkan penghargaan Best Actress di Academy Awards. Foster mengungkapkan bahwa dia melakukan banyak riset, bahkan berinteraksi dengan agen FBI wanita sungguhan untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh wanita di dunia yang didominasi oleh pria.
Banyak adegan penting dalam film ini, seperti kantor FBI, diambil di berbagai lokasi di sekitar Pittsburgh, termasuk gedung-gedung yang digunakan untuk mewakili markas besar FBI. Salah satu lokasi paling ikonik dalam film adalah penjara tempat Hannibal Lecter dipenjara, syutingnya di  Maryland State Penitentiary. Penjara ini digunakan untuk menciptakan atmosfer gelap dan menegangkan, dengan langit-langit yang rendah dan dinding yang suram.
Demme sangat memperhatikan penggunaan sudut kamera dan pencahayaan dalam film ini. Ia memilih untuk menggunakan teknik close-up untuk menangkap ketegangan dan perasaan klaustrofobia karakter-karakternya. Banyak adegan yang menggunakan pencahayaan yang gelap dan kontras, menciptakan atmosfer tegang yang sangat mendalam.
Banyak adegan yang berlangsung di ruang sempit, seperti dalam penjara tempat Lecter ditahan. Ini untuk menambah ketegangan dan menciptakan rasa tidak aman. Di ruang sempit inilah pertemuan antara Clarice dan Lecter sering kali terjadi. Karena sebagian besar adegan mereka berdua berada dalam ruang yang terbatas, interaksi ini menjadi sangat menarik. Percakapan mereka dilakukan dengan mata yang saling berhadapan, menciptakan tensi yang luar biasa.
Meskipun The Silence of the Lambs lebih mengandalkan ketegangan psikologis daripada efek visual, beberapa efek khusus penting dalam film ini. Salah satu yang paling terkenal adalah kostum Buffalo Bill yang dikenakan oleh pembunuh berantai dalam film tersebut. Dalam film ini, Buffalo Bill mengenakan pakaian dari kulit manusia, yang menjadi simbol kengerian yang mendalam.
Efek makeup juga memainkan peran penting dalam menciptakan penampilan yang menakutkan dari karakter-karakter seperti Buffalo Bill, yang diperankan oleh Ted Levine. Makeup untuk karakter ini memerlukan banyak detail untuk memastikan bahwa penampilan yang mengerikan terlihat realistik.
Musik dalam The Silence of the Lambs disusun oleh Howard Shore, yang juga terkenal dengan karyanya di The Lord of the Rings. Meskipun musik dalam film ini tidak selalu mencolok, ia memiliki peran penting dalam menciptakan ketegangan emosional yang terbangun sepanjang cerita. Musik yang digunakan di sini banyak mengandalkan suasana hati yang gelap dan misterius.
Selain itu, penggunaan efek suara, seperti napas Lecter yang terengah-engah atau suara ketukan kecil, juga membantu membangun ketegangan yang sangat kuat. Sound design dalam film ini banyak menggunakan teknik subtile untuk menambah perasaan teror yang menyelubungi adegan-adegan tertentu.
The Silence of the Lambs dirilis pada 14 Februari 1991 dan segera mendapatkan sambutan luar biasa dari kritikus serta penonton. Film ini meraup sekitar $272 juta di seluruh dunia dengan anggaran produksi hanya sekitar $19 juta. Film ini juga menjadi salah satu dari hanya tiga film yang memenangkan penghargaan utama di Academy Awards (Best Picture, Best Director, Best Actor, Best Actress, Best Screenplay), yang dikenal sebagai The Big Five.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI