Dances with Wolves (1990), yang disutradarai oleh Kevin Costner, adalah salah satu film yang sangat sukses baik secara komersial maupun kritis. Film ini tidak hanya mendapatkan popularitas yang besar, tetapi juga memenangkan 7 Oscar, termasuk kategori Best Picture dan Best Director. Proses pembuatan film ini, yang berlangsung selama beberapa tahun dan dihadapkan pada tantangan besar, merupakan kisah yang menarik.
Kevin Costner, yang terkenal sebagai aktor utama dan produser dalam film ini, awalnya mendapatkan ide untuk Dances with Wolves setelah membaca novel karya Michael Blake yang diterbitkan pada tahun 1988. Costner sangat terkesan dengan cerita yang menggambarkan hubungan antara seorang tentara Union yang terasing di perbatasan dan suku Lakota Sioux. Dalam proses persiapan, Costner sangat terlibat dalam memilih para kru maupun lokasi syuting. Costner memutuskan untuk berperan sebagai pemeran utama, Lieutenant John Dunbar.
Film ini menjadi debut penyutradaraan Costner; meskipun sebelumnya ia sudah terkenal sebagai aktor, Dances with Wolves menandai langkah besar dalam kariernya sebagai pembuat film. Kevin Costner menghabiskan hampir satu tahun untuk menulis, memproduksi, dan menyutradarai film ini. Proses pembuatan film ini membutuhkan lebih dari 4 bulan, sangat panjang untuk sebuah produksi Hollywood pada saat itu.
Costner menginginkan agar film ini tidak hanya menjadi sebuah karya seni yang memikat, tetapi juga menjadi alat untuk mengenalkan lebih dalam budaya suku asli Amerika kepada penonton. Dalam film ini, banyak dialog diucapkan dalam bahasa Sioux. Tim produksi bekerja sama dengan konsultan budaya dan bahasa untuk memastikan bahwa penggunaan bahasa ini akurat dan sensitif terhadap budaya Lakota.
Proses pemilihan lokasi memerlukan riset yang sangat teliti, mengingat film ini bertujuan untuk menggambarkan kehidupan asli suku Lakota Sioux pada abad ke-19. Costner memilih wilayah yang sangat luas dan terbuka di South Dakota dan Wyoming. Beberapa lokasi syuting utama berada di Black Hills (South Dakota), terutama di daerah yang indah seperti Badlands National Park dan Custer State Park. Dalam beberapa kasus, Costner dan tim produksi melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah untuk memastikan keakuratan visual dan budaya.
Film ini menghadapi sejumlah tantangan besar selama proses produksi, mulai dari anggaran yang ketat hingga cuaca yang tidak menentu. Beberapa syuting dilakukan di luar ruangan di daerah yang sangat terpencil dan memiliki cuaca ekstrem, dengan suhu yang sangat rendah pada musim dingin. Banyak adegan yang syutingnya terhambat oleh angin kencang dan salju.
Sebagian besar adegan dalam film melibatkan kuda, bison, dan hewan liar lainnya, yang memerlukan pelatihan khusus bagi aktor dan kru. Terkadang, proses ini memerlukan pengawasan dan perhatian lebih terhadap keselamatan. Adegan perburuan bison yang dramatis dilakukan dengan menggunakan bison asli yang dipelihara oleh peternak bison di Wyoming. Meskipun banyak adegan melibatkan animasi untuk menggambarkan pergerakan bison dan binatang lain, sebagian besar penggambaran alam dilakukan dengan cara yang sangat alami.
Mary McDonnell hampir tidak mendapatkan peran Stands With A Fist, seorang wanita kulit putih yang diadopsi oleh suku Lakota, karena produser awalnya ragu bahwa ia bisa memerankan peran tersebut dengan baik. Namun, setelah melakukan audisi, ia akhirnya dipilih untuk peran tersebut. Graham Greene yang memerankan Kicking Bird, seorang tetua Sioux yang menjadi teman dekat Dunbar, yang berasal dari suku First Nations di Kanada, mendapatkan banyak pujian atas perannya. Ia juga dinominasikan untuk Best Supporting Actor di Academy Awards.
Komposer John Barry memberikan kontribusi besar dalam mendukung suasana hati film. Musiknya menggabungkan elemen-elemen Amerika asli dengan orkestra penuh, menciptakan suasana epik dan intim pada saat yang sama. Barry memenangkan Academy Award untuk Best Original Score berkat karyanya di film ini.
Setelah syuting, proses editing dilakukan oleh Neil Travis, yang juga bekerja dengan Costner untuk menyusun film yang sangat panjang, dengan durasi lebih dari 3 jam (181 menit). Setelah beberapa pemotongan dan perubahan, film ini akhirnya dirilis dengan durasi yang lebih pendek, namun tetap mempertahankan kualitas dan dampak emosional yang diinginkan Costner.
Pada saat rilis pada November 1990, Dances with Wolves mendapatkan sambutan yang sangat baik. Film ini berhasil meraup $424 juta di seluruh dunia dari anggaran produksi yang hanya sekitar $22 juta. Film ini menjadi film yang sangat sukses secara komersial, dan juga diakui secara kritis. Namun, ada juga kritik dari beberapa pihak yang menganggap film ini terlalu panjang dan terlalu idealis dalam menggambarkan suku Lakota.
Dances with Wolves menjadi salah satu film yang membawa kesadaran lebih besar tentang isu-isu yang dihadapi oleh suku asli Amerika, termasuk hak-hak mereka dan peran mereka dalam sejarah. Meskipun tidak sepenuhnya akurat secara sejarah, film ini memberikan perspektif baru tentang hubungan antara orang kulit putih dan suku asli yang sebelumnya sering kali digambarkan secara sepihak dalam film-film barat klasik.
Film ini menginspirasi banyak pembuat film untuk memperlihatkan kisah suku asli Amerika dengan cara yang lebih humanis dan kompleks, serta tetap relevan hingga kini sebagai karya yang banyak diingat dalam sejarah perfilman dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H