Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Doa dan LOA

24 November 2024   13:14 Diperbarui: 24 November 2024   13:18 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia yang serba cepat ini, banyak orang yang mencari cara untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Salah satu konsep yang semakin populer adalah Law of Attraction (LOA) atau Hukum Tarikan, yang berfokus pada kekuatan pikiran dan keyakinan untuk menarik hal-hal positif ke dalam hidup. Konsep ini mengatakan bahwa apa yang kita pikirkan dan rasakan akan menarik realitas yang serupa.

Penerapan LOA melibatkan tiga langkah utama. Pertama, meminta. Mengidentifikasi apa yang kita inginkan dengan jelas. Kedua, meyakini. Memiliki keyakinan yang kuat bahwa kita pantas untuk menerima apa yang kita inginkan. Dan ketiga, menerima. Menerima dengan hati terbuka dan penuh rasa syukur terhadap apa yang sudah diberikan.

Pada intinya, LOA mengajarkan kita untuk memiliki keyakinan bahwa alam semesta atau Tuhan, tergantung perspektif individu, akan memberikan apa yang kita pikirkan dan yakini dengan sepenuh hati. Meski LOA banyak dikaitkan dengan psikologi modern dan pengembangan diri, konsep serupa sudah ada dalam agama Islam melalui doa dan keyakinan.

Doa adalah salah satu bentuk ibadah. Bahkan dalam sebuah hadits dari Anas ra, Rasulullah saw bersabda, "Doa adalah inti ibadah." (HR. Turmudzi). Dengan berdoa artinya kita melaksanakan perintah Allah, mendekatkan diri kepada Allah, dan memutuskan pengharapan dari selain Allah. Hukum berdoa menurut para ahli fiqih, ahli hadits, dan jumhur ulama adalah sunnah.

Allah SWT dalam Al-Qur'an menyebutkan tentang kekuatan doa dalam beberapa ayat. Salah satunya adalah dalam Surah Al-Baqarah ayat 186: "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran."

Ayat ini menegaskan bahwa Allah mendengarkan doa hamba-Nya dan akan mengabulkan permohonan mereka jika datang dengan penuh keyakinan dan keikhlasan. Doa dalam Islam sangat erat kaitannya dengan niat dan keyakinan yang tulus bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Pengasih. Sama seperti LOA, dalam doa, apa yang kita fokuskan dan yakini dalam hati dapat menarik hasil yang serupa dari Tuhan.

Ada beberapa kesamaan penting yang dapat ditemukan antara keduanya. Pertama, keyakinan yang kuat. Dalam Islam, keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa merupakan hal yang sangat penting. Rasulullah SAW bersabda, "Allah tidak akan mengabulkan doa (seorang hamba) yang hatinya alpa dan lalai." (HR. Tirmidzi). Dalam hadits lainnya beliau bersabda, "Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah, maka mohonlah dengan penuh keyakinan bahwa doamu akan terkabul." (HR. Ahmad).

LOA juga mengajarkan bahwa keyakinan yang kuat adalah kunci untuk menarik hal-hal positif ke dalam hidup. Tanpa keyakinan, hasil yang diinginkan akan sulit tercapai. Beberapa penelitian dalam bidang psikologi menunjukkan bahwa keyakinan positif dapat memiliki dampak nyata pada kehidupan seseorang. Misalnya, dalam Positive Psychology (Psikologi Positif), yang dipopulerkan oleh Martin Seligman, banyak studi menunjukkan bahwa orang yang berfokus pada kebahagiaan dan harapan cenderung lebih berhasil dalam mencapai tujuan mereka.

Kedua, visualisasi dan fokus pada tujuan. Dalam LOA, seseorang diajarkan untuk fokus pada tujuan yang ingin dicapai dan memvisualisasikan pencapaian tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa visualisasi atau membayangkan hasil yang diinginkan dapat meningkatkan kinerja dan hasil nyata. Sebagai contoh, penelitian tentang atlet menunjukkan bahwa mereka yang berlatih mental dengan membayangkan kesuksesan mereka, cenderung mencapai hasil yang lebih baik daripada mereka yang hanya berlatih fisik.

Dalam Islam, ini dapat diparalelkan dengan tawakkal, yaitu menyerahkan hasil akhir kepada Allah setelah berusaha dan berdoa dengan sepenuh hati. Visualisasi dalam doa dapat dilihat sebagai bentuk fokus pada tujuan yang ingin dicapai, dengan meyakini bahwa Allah akan memberikan yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun