The Evil Dead (1981) adalah salah satu film horor kultus yang paling berpengaruh dalam sejarah perfilman. Disutradarai oleh Sam Raimi dan diproduksi oleh Rob Tapert serta Bruce Campbell, film ini tidak hanya mengubah wajah genre horor, tetapi juga menandai awal dari sebuah waralaba besar yang berlanjut hingga saat ini.
Salah satu aspek yang paling dikenal dari The Evil Dead adalah efek praktis yang inovatif, yang sering kali menjadi sorotan dalam genre horor. Dengan anggaran yang terbatas, tim produksi harus berkreasi dengan bahan-bahan yang murah namun efektif.
The Evil Dead bermula dari ide sederhana namun sangat ambisius. Sam Raimi, yang baru berusia 21 tahun saat itu, terinspirasi oleh film-film horor klasik dan bergaya eksploitasi seperti Night of the Living Dead (1968) karya George A. Romero dan film-film karya Dario Argento seperti Suspiria (1977).Â
Raimi ingin menciptakan sebuah film horor yang penuh dengan kekerasan, ketegangan, dan elemen-elemen supranatural yang mengerikan, tetapi dengan gaya visual yang sangat berbeda dari film horor pada umumnya.
Raimi dan timnya menyusun cerita yang sederhana: lima orang muda yang pergi ke sebuah kabin di hutan dan tanpa sengaja membangkitkan roh jahat setelah menemukan sebuah buku kuno, The Necronomicon Ex-Mortis, yang berisi mantra-mantra kuno.Â
Kekuatan jahat yang terbangun mulai membunuh mereka satu per satu. Awalnya, film ini direncanakan dengan judul The Book of the Dead sebelum akhirnya berubah menjadi The Evil Dead untuk mempermudah pemasaran dan untuk membuatnya lebih menarik bagi penonton.
Sebagai sutradara dan penulis naskah, Raimi adalah kekuatan kreatif di balik film ini. Ia ingin membuat film horor yang berbeda, yang mencampurkan elemen kejutan, horor fisik, dan humor gelap. Salah satu elemen yang membedakan The Evil Dead dari film horor lainnya adalah penggunaan kamera yang sangat inovatif, terutama dalam adegan-adegan yang melibatkan kekuatan jahat yang menyerang para karakter.Â
Pengambilan gambar dari sudut pandang kamera yang bergerak cepat dan ekstrim menjadi ciri khas film ini. Kini dikenal sebagai 'kamera POV' (point-of-view). Ini memberi penonton rasa teror seolah-olah mereka sedang dikejar oleh kekuatan gelap tersebut.
Sam Raimi sering kali menggunakan kamera dalam posisi yang sangat ekstrem, misalnya dengan menggantungkan kamera di tali atau menggunakan kereta dorong untuk merekam adegan-adegan mengejar, yang memberikan sensasi yang sangat dinamis dan agresif. Teknik ini dikenal dengan sebutan 'camera dolly shots' yang menciptakan efek kecepatan dan ketegangan.
Karena anggaran yang sangat terbatas, Sam Raimi dan tim produksi harus memutar otak agar bisa mewujudkan visi mereka tanpa harus bergantung pada teknologi modern atau efek khusus mahal. Sebagian besar pendanaan awal diperoleh melalui pinjaman pribadi dan investasi dari teman-teman, keluarga, dan pihak lain yang tertarik pada ide proyek tersebut.Â
Produser Rob Tapert, yang kemudian bekerja sama dengan Raimi dalam proyek-proyek lain, membantu memanajemen anggaran dan logistik produksi yang terbatas. Dia juga berperan sebagai produser eksekutif dan menjadi mitra kreatif utama Raimi.
Bruce Campbell berperan sebagai Ash Williams, karakter utama yang terjebak di kabin dan berjuang melawan roh-roh jahat. Perannya ini membawa Campbell menjadi bintang horor dan, simbol dari genre tersebut. Dalam salah satu adegan, Campbell hampir terluka serius ketika salah satu efek praktis gagal dan membuatnya terjatuh ke dalam sebuah alat yang melukai tubuhnya. Namun, ia terus melanjutkan syuting tanpa banyak komplain.
Tom Sullivan, yang bertanggung jawab untuk desain efek praktis, memberikan kontribusi besar terhadap karakteristik khas film ini. Banyak dari efek gore dan darah yang tampak sangat eksplosif dan praktis, seperti darah yang meluap dari dinding, dilakukan dengan teknik manual, bukan digital.Â
Butuh 50 galon (sekitar 190 liter) sirup jagung untuk menciptakan efek darah yang ikonik dan sangat berlimpah. Sirup jagung sering dipilih karena teksturnya yang kental dan kemampuannya untuk memberikan efek darah yang terlihat lebih realistis, terutama saat digunakan dalam jumlah besar.
Makeup untuk zombie dan mayat hidup dikerjakan dengan tangan dan menggunakan prostetik. Salah satu efek yang paling dikenal adalah wajah salah satu karakter yang berubah menjadi tengkorak, yang dilakukan dengan menggunakan latex dan cat.
Film ini awalnya direncanakan untuk syuting di Royal Oak, Michigan, kota kelahiran Raimi, tetapi akhirnya memilih Morristown, Tennessee, di sebuah kabin terpencil. Kabin tersebut memiliki masa lalu yang menyeramkan karena orang yang membangunnya meninggal seminggu setelah selesai. Seluruh kru yang berjumlah 13 orang harus tidur di kabin tersebut selama produksi. Para kru juga menghadapi cuaca yang ekstrem, hujan, dan kabut tebal yang memperburuk kondisi. Suhu dingin dan hujan deras membuat pengambilan gambar menjadi semakin sulit.
Dengan anggaran hanya $350.000, The Evil Dead berhasil meraup lebih dari $2,4 juta di box office Amerika Serikat, yang menjadikannya sebagai film yang sangat menguntungkan. The Evil Dead sangat berpengaruh dalam perkembangan genre horor, terutama subgenre horror-comedy dan splatterpunk, di mana kekerasan ekstrem dicampur dengan elemen humor yang gelap.Â
Waralaba The Evil Dead berkembang menjadi beberapa sekuel, komik, dan serial televisi, dengan Bruce Campbell dan Sam Raimi menjadi nama besar dalam dunia perfilman horor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H