Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Film

Prostetik Pipi Marlon Brando

18 November 2024   07:51 Diperbarui: 18 November 2024   08:57 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Godfather (1972), yang disutradarai oleh Francis Ford Coppola, adalah salah satu film paling ikonik dalam sejarah sinema. Berdasarkan novel karya Mario Puzo, film ini tidak hanya menjadi salah satu film terbaik yang pernah dibuat, tetapi juga memperkenalkan banyak elemen baru dalam dunia perfilman, termasuk penokohan yang mendalam, penggambaran kekuasaan keluarga, dan sinematografi yang luar biasa.

The Godfather adalah adaptasi dari novel dengan judul yang sama, yang ditulis oleh Mario Puzo dan diterbitkan pada tahun 1969. Novel ini menceritakan kisah tentang keluarga mafia Corleone, yang dipimpin oleh Don Vito Corleone, dan berfokus pada transisi kekuasaan dari sang ayah ke putranya, Michael Corleone.

Pada awalnya Puzo merasa skeptis novel ini diadaptasi menjadi film, karena cerita yang berfokus pada dunia mafia pada waktu itu masih dianggap tabu dan penuh stereotip. Namun, The Godfather dengan cepat menjadi fenomena, dan diakui sebagai karya sastra yang berbobot. Studio Paramount Pictures akhirnya membeli hak adaptasi novel tersebut pada tahun 1969.

Paramount lalu memilih Francis Ford Coppola sebagai sutradara, meskipun pada saat itu ia belum dikenal luas dan baru berusia 32 tahun. Coppola sendiri awalnya ragu tentang film ini. Tapi kemudian ia tertarik dengan kedalaman karakter-karakternya dan potensi narasi tentang keluarga dan kekuasaan. Keberhasilan Coppola dalam mengembangkan cerita yang humanis tentang dunia mafia menjadi salah satu kunci kesuksesan The Godfather.

Coppola menghadapi banyak tantangan saat menyutradarai film ini. Paramount tidak sepenuhnya setuju dengan banyak keputusan kreatif yang dibuat Coppola. Misalnya, pemilihan Marlon Brando (Don Vito Corleone) dan Al Pacino (Michael Corleone). Tapi Coppola tetap teguh pada visinya. Ia bahkan terlibat dalam beberapa keputusan penting seperti penggunaan bahasa Italia dalam dialog dan penataan sinematografi yang sangat atmosferik.

Paramount merasa Brando terlalu tua dan memiliki banyak masalah pribadi yang bisa mengganggu produksi. Brando memiliki kebiasaan sering terlambat datang ke set dan suka berimprovisasi merubah dialognya. Ia bahkan menuntut perubahan dalam perannya, termasuk penggunaan prostesik untuk membuat pipinya terlihat lebih gemuk.

Awalnya Coppola merasa bahwa ini adalah ide yang aneh dan berlebihan. Tapi akhirnya ia setuju setelah Brando meyakinkannya bahwa hal itu akan memberi dampak visual yang kuat pada karakter. Hasilnya? Penampilan Brando sebagai Don Vito Corleone menjadi salah satu yang paling diingat dalam sejarah perfilman. Prostetik pipi itu saat ini dipajang di American Museum of the Moving Image di Queens, New York.

Al Pacino pada waktu itu belum terlalu terkenal. Studio awalnya tidak setuju dengan pemilihan Pacino karena dianggap kurang memiliki daya tarik komersial. Tapi Coppola lagi-lagi yakin dengan pilihannya. Keputusan ini terbukti sangat tepat karena Pacino kemudian menjadi salah satu bintang terbesar dalam sejarah Hollywood.

Anggaran untuk The Godfather sekitar $6-7 juta. Pada waktu itu cukup besar, meskipun tidak sebesar produksi film Hollywood lainnya. Sebagian besar film ini difilmkan di Los Angeles, meskipun beberapa adegan penting diambil di New York untuk memberikan atmosfer yang lebih otentik. Penggunaan set rumah keluarga Corleone, yang sangat khas dengan interior klasik Italia, menjadi sangat penting dalam membangun dunia visual yang realistik dan mendalam.

Sinematografi film ini digarap oleh Gordon Willis, yang mendapat julukan 'The Prince of Darkness' karena gaya pencahayaannya yang dramatis dan gelap. Salah satu ciri khas dari The Godfather adalah penggunaan pencahayaan yang sangat kontras, yang menciptakan bayangan yang mendalam dan atmosfer yang suram. Willis banyak menggunakan cahaya redup untuk menggambarkan dunia gelap dari dunia mafia.

Sementara itu, musik film ini digubah oleh Nino Rota, yang menciptakan salah satu tema musik paling dikenal dalam sejarah film. Tema utama The Godfather, dengan alunan melankolisnya, memberikan nuansa emosional yang kuat dan menambah kedalaman pada film ini. Musik Rota berhasil menangkap esensi film yang penuh dengan tragedi, keluarga, dan kehormatan.

The Godfather dirilis 24 Maret 1972, dan dengan cepat menjadi fenomena. Meskipun awalnya skeptisisme tentang kesuksesannya, film ini akhirnya meraih kesuksesan komersial yang luar biasa, mendulang lebih dari $250 juta di seluruh dunia---jumlah yang sangat besar pada waktu itu. Film ini tidak hanya sukses di box office, tetapi juga meraih pujian kritis yang luar biasa. The Godfather memenangkan 3 Academy Awards, yaitu Best Picture, Best Actor untuk Marlon Brando, dan Best Adapted Screenplay untuk Mario Puzo dan Francis Ford Coppola.

The Godfather memiliki dampak besar pada perfilman dan budaya populer. Film ini tidak hanya mengubah cara film mafia digambarkan, tetapi juga membuka jalan bagi film-film dengan tema keluarga dan kekuasaan yang lebih kompleks. Dialog-dialog dari The Godfather telah menjadi bagian dari budaya populer. Kalimat seperti "I'm gonna make him an offer he can't refuse" dan "Leave the gun, take the cannoli" sering digunakan dalam berbagai referensi media.

The Godfather adalah hasil dari perpaduan antara sinematografi luar biasa, penampilan aktor yang tak tertandingi, dan cerita yang mendalam tentang keluarga, kehormatan, dan kekuasaan. Proses produksinya penuh dengan tantangan. Sebagai film yang menandai sebuah era dalam perfilman, The Godfather tetap menjadi salah satu film terbaik sepanjang masa dan pengaruhnya terhadap sinema modern tidak bisa dipandang sebelah mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun