Beberapa pengungsi dari Asia Tenggara melarikan diri ke Amerika Serikat karena kekejaman Pol Pot, pemimpin Khmer Merah. Sejumlah anak muda dari kelompok pengungsi ini mengalami teror mimpi buruk yang sangat parah. Saking mengerikannya, mereka menolak untuk tidur, sampai rasa kantuk memaksa mereka untuk memejamkan mata. Sejumlah pengungsi lantas ditemukan tewas dalam tidurnya! Artikel tentang hal ini dimuat di koran LA Times dan dibaca Wes Craven. Lalu lahirlah cerita film A Nightmare on Elm Street dengan karakter Freddy Krueger sebagai iblis yang menyerang korbannya dalam mimpi.
Kisah nyata tentang tewasnya para pengungsi dalam tidur mereka itu terjadi pada tahun 1970-an hingga 1980-an. Fenomena ini dalam dunia medis dikenal sebagai Sudden Unexplained Nocturnal Death Syndrome (SUNDS). SUNDS lebih banyak ditemukan pada pria muda dari kelompok etnis tertentu dan para ahli medis menganggapnya berhubungan dengan faktor genetik, tetapi belum ada penjelasan yang pasti. Dalam beberapa laporan, para ahli menduga bahwa tingkat stres atau gangguan psikologis, serta adanya kondisi medis tertentu, bisa menjadi pemicu dari kejadian-kejadian tersebut.
Dalam konteks medis, mimpi buruk sendiri jarang, bahkan sangat tidak mungkin, langsung menyebabkan kematian. Namun, mimpi buruk bisa memicu reaksi fisiologis yang cukup kuat, seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah yang lebih tinggi, dan kecemasan ekstrem, yang dalam kasus tertentu bisa memperburuk kondisi medis yang sudah ada, seperti penyakit jantung atau gangguan pernapasan.
Ada juga kondisi yang disebut 'teror malam' (night terrors), di mana seseorang bangun dari tidur dengan rasa ketakutan ekstrem, tapi biasanya itu tidak menyebabkan kematian. Pada kasus yang lebih jarang, stres fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh mimpi buruk bisa memperburuk masalah kesehatan yang sudah ada.
Dalam ilmu medis, mimpi buruk biasanya dianggap sebagai bagian dari gangguan tidur, seperti 'sleep disorder' atau 'nightmare disorder', yang dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, atau PTSD (post-traumatic stress disorder). Belum ada bukti ilmiah yang kuat yang membuktikan mimpi buruk sampai menyebabkan kematian secara langsung. Kematian langsung akibat mimpi buruk adalah kasus yang sangat langka dan lebih banyak terkait dengan faktor-faktor medis yang sudah ada sebelumnya, bukan karena mimpi itu sendiri.
Mimpi buruk atau mimpi yang menakutkan bisa menjadi pengalaman yang sangat mengganggu bagi banyak orang. Dalam beberapa kasus, mimpi buruk bahkan dapat mempengaruhi kondisi psikologis dan fisik seseorang, menyebabkan kecemasan, ketakutan berlebihan, atau gangguan tidur.
Mimpi buruk yang terjadi sesekali adalah hal yang normal, namun mimpi buruk yang berulang bisa menjadi gangguan. Gangguan mimpi buruk dapat memengaruhi kualitas hidup dan dapat bersifat jangka pendek atau kronis.
Beberapa ciri-ciri gangguan mimpi buruk antara lain sering terjadi dan memengaruhi aktivitas sehari-hari. Menyebabkan kantuk, lelah, dan lesu di siang hari. Menyebabkan sulit konsentrasi dan mengingat. Menyebabkan rasa cemas dan takut saat hendak tidur.
Dalam ilmu medis, mimpi buruk disebut sebagai 'parasomnia', yaitu gangguan tidur yang menyebabkan pengalaman tidak diinginkan saat tidur, bangun tidur, atau hendak tidur. Mimpi buruk biasanya terjadi saat tidur Rapid Eye Movement (REM), tahap tidur yang ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan aktivitas otak yang tinggi. Ciri-cirinya mata bergerak cepat ke berbagai arah di bawah kelopak mata yang tertutup, otot-otot menjadi rileks, pernapasan tidak teratur, detak jantung dan tekanan darah meningkat, mimpi terjadi. Tidur REM merupakan salah satu dari empat tahap tidur yang dilalui otak, biasanya terjadi sekitar 90 menit setelah tertidur.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi mimpi buruk antara lain mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyeimbangkan kandungan senyawa kimia alami dalam otak. Berolahraga minimal 3 kali dalam seminggu. Mengatur jam tidur dan bangun tidur yang sama setiap harinya. Menghindari konsumsi obat penenang. Membatasi konsumsi minuman berkafein.