Toilet merupakan salah satu fasilitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaannya sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Toilet paling awal yang diketahui berasal sekitar 5.000 tahun lalu di Mesopotamia kuno. Kawasan tersebut di era modern saat ini membentang di Irak, Iran, Kuwait, Suriah, dan Turki.
Secara umum, terdapat dua jenis toilet yang digunakan di berbagai negara, yaitu toilet duduk dan toilet jongkok. Toilet duduk ditemukan oleh Sir John Harington pada 1596. Sejak itu terus mengalami perkembangan. Alexander Cummings mematenkan toilet flush pertama  tahun 1775. Tapi toilet baru mulai dikenal masyarakat luas pada pertengahan tahun 1850-an, ketika Thomas Crapper muncul.
Toilet duduk biasanya ditemukan di negara-negara dengan sistem sanitasi modern. Toilet ini umumnya dipasang dengan posisi duduk, sehingga pengguna harus duduk dengan punggung tegak dan kaki terlipat.
Bagi sebagian orang, toilet duduk lebih nyaman dipakai. Terutama bagi lansia, wanita yang hamil besar, atau penderita cedera lutut. Toilet duduk lebih mudah digunakan karena kita tidak perlu repot menyiram kotoran bekas buang air besar (BAB) dengan air gayung seperti halnya dalam toilet jongkok.
Toilet jongkok digunakan di seluruh dunia, tetapi sangat umum di beberapa negara Asia dan Afrika, serta di beberapa negara Muslim seperti Timur Tengah. Toilet jongkok juga umum ditemukan di Rusia dan beberapa bagian Eropa Timur lainnya.Â
Di Indonesia lebih banyak menggunakan toilet jongkok daripada toilet duduk. Pengguna toilet ini harus jongkok saat buang air besar, dengan posisi tubuh yang lebih rendah ke tanah dan kaki ditekuk.
Meskipun penggunaan toilet duduk lebih umum di banyak negara modern, dalam Islam, beberapa ulama berpendapat bahwa toilet jongkok lebih dianjurkan karena beberapa alasan:
Pertama, kesehatan. Posisi jongkok dikatakan lebih alami dan lebih baik untuk proses pembuangan kotoran. Dengan jongkok, saluran pencernaan lebih terbuka, yang dapat membantu proses pembuangan menjadi lebih lancar dan mengurangi risiko sembelit atau gangguan pencernaan.
Kedua, kebersihan. Toilet jongkok meminimalkan kontak tubuh dengan tempat duduk yang mungkin tidak bersih. Dengan posisi jongkok, sebagian besar tubuh tidak bersentuhan langsung dengan area toilet, yang dianggap lebih higienis.
Ketiga, adab dan kesopanan. Dalam tradisi Islam, penggunaan toilet jongkok seringkali dianggap lebih sesuai dengan adab, karena tidak ada permukaan toilet yang harus diduduki, yang mengurangi risiko ketidaknyamanan dalam hal kesucian tubuh.