Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sabun Muslim dan Budaya Jarang Mandi Orang Eropa

30 Oktober 2024   10:59 Diperbarui: 30 Oktober 2024   13:20 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nationalgeographic.grid.id/

Budaya mandi di masyarakat Islam selama Abad Pertengahan, memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kebiasaan mandi di Eropa. Dalam Islam, kebersihan adalah bagian penting dari ajaran agama. 

Mandi junub (setelah berhubungan seksual atau setelah menstruasi) dan wudhu (ritual membasuh diri sebelum shalat) dianggap sebagai kewajiban. Konsep 'taharah' (bersuci) sangat ditekankan dalam Al-Qur'an dan hadis, menjadikan kebersihan sebagai bagian integral dari praktik keagamaan.

Pemandian umum, atau hammam, merupakan tempat penting dalam budaya Islam. Hammam berfungsi sebagai tempat untuk mandi, bersosialisasi, dan relaksasi. Mereka biasanya memiliki sistem pemanas dan dirancang untuk memberikan pengalaman mandi yang nyaman. 

Masyarakat Islam umumnya memiliki akses yang lebih baik terhadap air bersih, terutama di daerah-daerah yang memiliki sumber mata air atau sistem irigasi yang baik.

Mandi lebih sering dilakukan dalam budaya Islam. Praktik kebersihan rutin adalah norma, dan mandi secara teratur dianggap sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Banyak umat Islam yang juga mandi sebelum melakukan shalat, menjadikan kebersihan sebagai prioritas.

Adapun di Eropa, kebersihan tidak selalu dipandang sebagai hal yang penting. Mandi jarang dilakukan dan sering dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan. Ketakutan akan penyakit sering kali membuat orang menghindari mandi, dengan anggapan bahwa mandi bisa membuka pori-pori dan memperbolehkan penyakit masuk ke tubuh.

Pemandian umum ada, tetapi tidak seumum dan tidak sebaik hammam di masyarakat Islam. Pemandian sering kali tidak terjaga kebersihannya. Akses terhadap air bersih menjadi kendala, dan banyak orang yang tinggal di daerah pedesaan tidak memiliki fasilitas untuk mandi secara teratur.

Sebagian besar masyarakat Eropa mandi jarang, dengan kebiasaan mandi musiman yang umum, sering kali hanya beberapa kali dalam setahun. Ini berbeda jauh dengan praktik umat Islam yang lebih sering.

Secara keseluruhan, budaya mandi dalam masyarakat Islam pada Abad Pertengahan jauh lebih terstruktur dan dianggap sebagai bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan praktik keagamaan.

 Sebaliknya, di Eropa, meskipun ada beberapa kesadaran akan pentingnya kebersihan, praktik mandi tidak seumum dan tidak seintensif seperti di kalangan umat Islam. Perbedaan ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan agama yang mendasari kedua masyarakat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun