Hadits yang menyatakan bahwa "kebersihan adalah sebagian dari iman" menunjukkan pentingnya menjaga kebersihan dalam Islam. Hadits ini sering dikaitkan dengan pengajaran Nabi Muhammad SAW tentang nilai-nilai moral dan etika, termasuk kebersihan, baik secara fisik maupun spiritual. Meskipun dikatakan bahwa hadits tersebut palsu, tapi kandungan di dalamnya adalah benar. Banyak ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi lainnya juga sangat menganjurkan ajaran tentang kebersihan dalam Islam.
Termasuk kebersihan fisik adalah kebersihan tubuh, pakaian, dan lingkungan. Ini semua sangat ditekankan dalam Islam. Menjaga kebersihan merupakan bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain. Contohnya wudhu sebelum salat, mandi, dan menjaga kebersihan tempat tinggal.
Kebersihan juga mencakup aspek spiritual, seperti menjauhkan diri dari dosa dan perbuatan yang tercela. Dengan menjaga hati dan pikiran dari hal-hal negatif, seseorang dapat meningkatkan iman dan mendekatkan diri kepada Allah.
Prinsip kebersihan yang terkandung dalam hadits ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam aspek pribadi maupun sosial. Misalnya, membersihkan rumah, menjaga kesehatan, dan berpartisipasi dalam kegiatan kebersihan lingkungan dapat mencerminkan implementasi dari ajaran ini.
Hadits ini mengingatkan umat Muslim bahwa kebersihan bukan hanya masalah fisik, tetapi juga mencakup dimensi moral dan spiritual. Dengan mengamalkan nilai kebersihan, seseorang dapat meningkatkan kualitas iman dan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Faktanya, negara yang sering dianggap paling bersih di dunia adalah Singapura. Kota ini dikenal karena pengelolaan sampah yang efisien, kebersihan jalanan, dan lingkungan yang terjaga.Â
Negara lain seperti Swedia, Norwegia, dan Finlandia juga sering masuk dalam daftar negara bersih, berkat komitmen mereka terhadap keberlanjutan dan pengelolaan lingkungan yang baik. Padahal mereka mayoritas non Muslim.
Lalu negara manakah yang termasuk kategori kotor? Tahun 2024 ini Bangladesh disebut sebagai negara paling kotor di dunia. Bangladesh memiliki masalah sampah dan polusi air yang parah. Sungai-sungai di negara ini banyak yang tercemar oleh pestisida.Â
Selain Bangladesh, negara-negara lain yang juga dianggap kotor di dunia adalah Turki, Oman, dan Nigeria. Semua negara ini mayoritas penduduknya beragama Islam. Ini sangat ironi sekali! Kenapa bisa demikian? Apa yang salah? Mari kita lihat perbandingan antara Bangladesh dan Singapura dalam berbagai aspek.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada kebersihan adalah pengelolaan infrastruktur dan sumber daya. Singapura memiliki sistem pengelolaan sampah yang sangat efisien dan terintegrasi, serta fasilitas sanitasi yang memadai.Â
Di sisi lain, Bangladesh, terutama di kota-kota besar seperti Dhaka, sering kali kekurangan infrastruktur dasar, dan pengelolaan sampah masih sangat buruk. Meskipun ada kesadaran akan pentingnya kebersihan, tantangan infrastruktur menghambat implementasi.
Faktor kedua, Bangladesh adalah salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Urbanisasi yang cepat telah menyebabkan munculnya permukiman kumuh yang tidak memiliki fasilitas sanitasi yang layak.Â
Di Singapura, perencanaan kota yang baik dan pengembangan berkelanjutan membantu menjaga kebersihan, sementara di Bangladesh, pertumbuhan yang pesat sering kali tidak diimbangi dengan perencanaan yang memadai.
Meskipun ajaran agama mendorong kebersihan, ada faktor pendidikan yang perlu dipertimbangkan. Tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang kebersihan dan lingkungan berperan penting dalam perilaku sehari-hari.Â
Di Singapura, ada program pendidikan yang kuat tentang kebersihan dan keberlanjutan, sementara di Bangladesh, meskipun ada usaha untuk meningkatkan kesadaran, tantangan pendidikan masih ada.
Faktor lainnya, pemerintah Singapura sangat ketat dalam menerapkan kebijakan lingkungan dan kebersihan, dengan denda yang berat bagi pelanggar. Di Bangladesh, meskipun ada peraturan tentang kebersihan, penegakannya sering kali lemah. Korupsi dan kurangnya sumber daya dapat menghambat efektivitas kebijakan ini.
Terakhir, budaya juga memainkan peran penting. Dalam masyarakat yang memiliki tradisi menghargai kebersihan, seperti di Singapura, ada dorongan kolektif untuk menjaga lingkungan. Di Bangladesh, meskipun banyak yang menghargai kebersihan secara pribadi, tantangan sosial dan ekonomi dapat mengurangi perhatian terhadap kebersihan publik.
Perbandingan antara Bangladesh dan Singapura menunjukkan bahwa kebersihan bukan hanya tentang ajaran agama, tetapi juga tentang sistem, infrastruktur, pendidikan, dan kebijakan pemerintah.Â
Meskipun Bangladesh memiliki populasi Muslim yang besar dan prinsip kebersihan yang diajarkan dalam agama, kondisi sosial-ekonomi dan tantangan infrastruktur memainkan peran kunci dalam masalah kebersihan yang dihadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H