Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Film

Sejarah Sinema (Part 2)

6 Oktober 2024   09:15 Diperbarui: 6 Oktober 2024   09:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah sinema adalah refleksi dari perubahan teknologi, sosial, dan budaya. Dari film bisu hingga streaming digital, sinema terus berkembang, menghadirkan cerita-cerita baru dan inovasi yang menarik bagi penonton di seluruh dunia. Dengan kemajuan teknologi yang terus berlanjut, masa depan sinema tampak cerah dan penuh kemungkinan. Setelah 4 era sebelumnya, sekarang kita masuk ke 2 era yang lebih maju.

New Hollywood (1960-1980)

Ini adalah masa transisi yang ditandai oleh perubahan besar dalam cara film diproduksi, didistribusikan, dan diterima oleh publik. Banyak sutradara muda dan inovatif, seperti Martin Scorsese, Francis Ford Coppola, Steven Spielberg, dan George Lucas, mengambil alih kontrol kreatif dari studio. Mereka sering kali memiliki lebih banyak kebebasan artistik, memungkinkan eksplorasi tema yang lebih kompleks dan berani.

Penyutradaraan dan editing yang lebih eksperimental menjadi ciri khas. Banyak film menggunakan teknik naratif yang non-linier atau simbolis. Penerapan efek visual dan suara yang lebih inovatif juga menjadi lebih umum. Film-film New Hollywood sering menekankan pengembangan karakter dan cerita yang lebih realistis. Ini berbeda dari film-film blockbuster yang lebih komersial di era sebelumnya. Contoh film termasuk The Graduate (1967), Easy Rider (1969), dan Taxi Driver (1976), yang mengeksplorasi isu-isu sosial dan politik.

Dengan pembubaran Hays Code pada akhir 1960-an, film dapat mengeksplorasi tema-tema yang lebih kontroversial, termasuk kekerasan, seksualitas, dan isu sosial. Film seperti Bonnie and Clyde (1967) dan Midnight Cowboy (1969) mencerminkan kebebasan ini dan berhasil secara komersial. Era ini juga melihat kelahiran fenomena blockbuster, di mana film-film seperti Jaws (1975) dan Star Wars (1977) menjadi sangat sukses, mengubah cara studio merencanakan rilis film. Fokus pada pemasaran dan merchandise mulai menjadi bagian penting dari strategi film.

Pada awal 1980-an, dengan munculnya televisi kabel dan video rumah, banyak studio mengalami krisis keuangan. Ini menyebabkan perubahan dalam cara film diproduksi, dengan fokus kembali ke formula yang lebih komersial. New Hollywood meninggalkan warisan yang kuat dalam perfilman, membentuk cara kita melihat dan memahami film saat ini. Era ini membuka jalan bagi berbagai genre dan inovasi yang masih berlanjut hingga saat ini.

Era Digital dan Globalisasi (1990-sekarang)

Era Digital dan Globalisasi telah membawa perubahan besar dalam dunia sinema. Perkembangan teknologi digital, seperti kamera HD dan perangkat lunak editing yang lebih murah dan mudah diakses, memungkinkan lebih banyak orang untuk membuat film. Ini menurunkan biaya produksi dan memberikan peluang bagi pembuat film independen.

Platform streaming seperti Netflix, Amazon Prime, dan YouTube memungkinkan film didistribusikan secara global tanpa memerlukan saluran distribusi tradisional. Ini memberi peluang bagi film independen untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Penonton kini dapat mengakses film dari seluruh dunia hanya dengan beberapa klik, mengubah cara orang menonton film. Mereka bisa menemukan film dari berbagai genre, budaya, dan bahasa.

Digitalisasi juga memungkinkan penonton untuk berinteraksi dengan konten, seperti melalui komentar, ulasan, dan diskusi di media sosial. Pembuat film dan studio kini memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan film, menjangkau audiens secara langsung, dan membangun komunitas penggemar sebelum rilis.

Globalisasi telah meningkatkan akses ke film dari berbagai negara, memungkinkan pertukaran budaya yang lebih besar. Penonton kini lebih terbuka terhadap film asing dan beragam narasi. Banyak film kini dihasilkan melalui kerjasama antara studio dari berbagai negara, menghasilkan produk yang dapat diterima oleh audiens global.

Pembuat film cenderung mengeksplorasi tema dan cerita yang lebih beragam untuk menarik audiens global. Ini termasuk representasi budaya, etnis, dan isu sosial yang lebih luas. Globalisasi memungkinkan film-film dari satu negara mempengaruhi sinema di negara lain, menghasilkan tren dan genre baru.

Dengan meningkatnya akses ke film dari seluruh dunia, ada persaingan yang lebih besar di pasar, yang bisa menjadi tantangan bagi film lokal. Ada kekhawatiran bahwa film-film besar dari Hollywood bisa mendominasi pasar global, mengikis film-film lokal dan budaya sinema.

Contoh film era ini adalah Avatar (2009) karya sutradara James Cameron. Avatar merupakan salah satu film pertama yang memanfaatkan teknologi 3D secara maksimal. James Cameron mengembangkan kamera 3D yang memungkinkan pengambilan gambar lebih mendalam dan realistis. Biaya produksi Avatar mencapai sekitar $237 juta, menjadikannya salah satu film termahal yang pernah dibuat.

Film ini menggunakan teknik motion capture yang sangat maju untuk menangkap gerakan aktor dan menerapkannya pada karakter CGI. Ini memberikan nuansa lebih hidup dan emosional pada karakter Na'vi. Avatar menggabungkan visual effects yang inovatif dengan lingkungan digital. Ini menetapkan standar baru untuk visual di film dan mengubah ekspektasi penonton terhadap kualitas gambar. Avatar menjadi film dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa, mencapai lebih dari $2,8 miliar di seluruh dunia. Ini menunjukkan potensi besar film digital di pasar global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun