Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berburu Monster Naga

4 Oktober 2024   22:02 Diperbarui: 4 Oktober 2024   22:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/premium-ai-image/flames-world

Kata-kata Farid membuat hening. Suaranya yang pelan namun penuh luka itu menyentuh hati mereka. "Akulah yang membakar desa kalian!" lanjutnya. "Hidupku serasa terpasung dalam kegelapan gua, sementara kalian semua mengabaikan kehadiranku. Bahkan untuk makan pun, aku harus mencari di hutan, sementara kalian memandangku seperti monster. Kalianlah monster sebenarnya!"

Warga desa terdiam, merasa terjebak dalam rasa bersalah. Farid, yang pernah menjadi pahlawan di depan mereka, kini menjadi simbol kepedihan yang terabaikan.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya seorang warga, suara gemetar.

Farid mengangkat kepala, matanya yang dulu penuh semangat kini dipenuhi air mata. "Aku hanya ingin dianggap sebagai warga biasa. Sebagai manusia. Seperti dulu. Seperti sebelumnya. Jangan lagi abai padaku. Jangan biarkan diri kita berubah menjadi monster mengerikan!"

Dengan perlahan, para warga mulai mendekat, berusaha merangkul Farid dalam pelukan yang tulus. Mereka mengajaknya kembali ke desa, menyadari bahwa dalam menghadapi monster di luar, mereka juga harus berhadapan dengan monster di dalam hati mereka.

Hari itu, di dalam gua yang seharusnya menjadi tempat persembunyian monster, lahirlah harapan baru. Harapan bahwa saling peduli dan menghargai satu sama lain adalah cara untuk mengalahkan monster yang paling menakutkan---kesepian dan ketidakpedulian.

TAMAT

"Saya tidak bertanya kepada orang yang terluka bagaimana perasaannya, saya sendiri menjadi orang yang terluka." -- Walt Whitman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun