Yuda adalah seorang petinju yang dikenal lebih sebagai pecundang daripada pemenang. Setiap kali ia melangkah ke ring, harapan dan keyakinannya layu seiring dengan suara tepuk tangan yang semakin meredup. Keringat dan darahnya seolah sia-sia; delapan belas pertandingannya berakhir dengan kekalahan. Namun, Yuda tetap berlatih dengan tekun. Ia bermimpi, mungkin satu hari nanti, kebangkitan itu akan datang.
Suatu ketika, raja KO, Edwin, mengumumkan akan mengadakan pertandingan hiburan yang mencari petinju paling gagal untuk ia ajak bermain-main di atas ring. Kabar itu cepat menyebar, dan Yuda, dengan semangat yang tersisa, mendaftar. Meski tahu tujuannya hanya untuk dijadikan bahan tertawaan, ia merasa ini adalah kesempatan. Mungkin ia bisa mengubah citra dirinya.
Satu malam sebelum pertarungan, Yuda berdiri di depan cermin, menatap refleksinya. Dengan tekad yang menggebu, ia berbisik pada dirinya sendiri, "Besok, aku akan menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya." Ia menutup matanya, membayangkan bagaimana rasanya mengalahkan Edwin dan merasakan sorakan penonton.
Latihan kerasnya tidak sia-sia. Saat hari pertandingan tiba, Yuda merasa siap. Keringat, darah, dan air mata yang telah ia curahkan selama latihan menjadi modal utama dalam pertarungan yang akan mengubah hidupnya selamanya. Dengan langkah mantap, Yuda memasuki ring, siap untuk menunjukkan bahwa ia bukan sekadar pecundang, melainkan seorang petarung sejati.
Suasana di arena terasa mencekam. Penonton ramai berkerumun. "Lihat siapa yang datang! Si pecundang!" suara ejekan memenuhi udara. Yuda merasakan sakit hati yang dalam, seolah setiap kata seperti belati yang menusuk.
Saat Edwin naik ke ring, entah bagaimana, Yuda melihat bukan lawan yang dihadapinya, melainkan dirinya sendiri---sosok penuh keraguan dan ketidakpercayaan. Edwin tersenyum sinis, namun senyuman itu seperti cermin bagi Yuda. Keduanya berdiri di atas ring, satu tubuh tetapi dua jiwa yang berbeda.
Bel berbunyi, dan seketika Yuda merasakan gelombang adrenalin yang belum pernah ia alami sebelumnya. Ia ingin mengalahkan dirinya sendiri---segenap keraguan, ketakutan, dan kekalahan yang membelenggunya. Di dalam pikirannya, Yuda berteriak, "Tidak, kali ini aku tidak akan kalah!"
Yuda menyerang dengan semua tenaga yang dimilikinya. Setiap pukulan bukan hanya ditujukan untuk Edwin, tetapi juga untuk menghapus segala bayangan kegagalan yang menghantui hidupnya. Ia meluncurkan jab, hook, dan uppercut. Dalam setiap gerakan, ada keinginan untuk merobek batasan-batasan yang ia ciptakan sendiri.
Edwin terlihat terkejut, tak menyangka Yuda yang selama ini dianggap remeh dapat menunjukkan performa yang luar biasa. Setiap kali Edwin berusaha membalas, Yuda tidak hanya menghindar; ia menyalurkan semua kekecewaannya ke dalam setiap pukulan. Dalam sekejap, penonton mulai berdecak kagum. Suasana yang sebelumnya penuh cemoohan berubah menjadi sorakan.
Dalam satu momen krusial, Yuda merasakan kekuatan mengalir di dalam dirinya. Ia melancarkan serangan pamungkas---sebuah pukulan hook yang tepat sasaran. Edwin terjatuh ke kanvas dengan suara gedebuk yang menggema di seluruh arena. Waktu seolah berhenti. Yuda menatap tubuh Edwin yang tak bergerak, mendapati bahwa ia telah mengalahkan bayangannya sendiri.
Akhirnya, Yuda berdiri di tengah ring, dengan napas memburu. Penonton terdiam sejenak sebelum sorakan menggema, memanggil namanya dengan penuh kekaguman. Yuda, sang pecundang yang mengubah takdirnya, berhasil membuat semua orang tertegun.
Ketika para wartawan menghampirinya, mereka tak sabar menanyakan rahasia di balik kemenangannya. Yuda mengangkat kepala, memandang mereka dengan senyum lebar. Dalam hatinya, rasa sakit dan kegagalan perlahan-lahan terhapus. Ia berkata dengan tegas, "Aku tidak mengalahkan Edwin. Aku mengalahkan diriku sendiri!"
Jawaban itu mengundang keheningan, namun segera diikuti oleh sorakan gemuruh. Di dalam dirinya, Yuda tahu, perjalanan ini bukan hanya tentang kemenangan di ring, melainkan kemenangan dalam jiwa. Ia telah mengubah pandangan hidupnya, dan itu lebih berharga daripada sekadar medali atau trofi.
TAMAT
"Percaya pada dirimu sendiri! Percayalah pada kemampuanmu! Tanpa kepercayaan diri yang rendah hati dan masuk akal terhadap kekuatan sendiri, kamu tidak akan berhasil atau bahagia." -Norman Vincent Peale.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H