Popcorn dan bioskop adalah dua hal yang hampir tak terpisahkan dalam pengalaman menonton film. Tidak lengkap rasanya pergi ke bioskop tanpa membawa sekantong popcorn yang harum dan renyah. Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana popcorn bisa menjadi camilan utama di bioskop? Berikut adalah sejarah menarik dari perjalanan popcorn hingga menjadi identik dengan penonton bioskop.
Popcorn sebenarnya bukanlah penemuan modern. Jagung yang bisa meletus menjadi popcorn pertama kali ditemukan di Amerika Utara oleh suku-suku pribumi. Suku Aztec, misalnya, menggunakan popcorn tidak hanya sebagai makanan tetapi juga sebagai dekorasi dalam upacara keagamaan.
Popcorn mulai dikenal oleh dunia luar ketika orang-orang Eropa tiba di benua Amerika. Pada awal abad ke-16, eksplorasi yang dilakukan oleh bangsa Spanyol menemukan bahwa penduduk asli di Meksiko menggunakan popcorn dalam berbagai upacara dan tradisi. Dari sinilah, popularitas popcorn mulai menyebar.
Meskipun sudah dikenal sejak lama, popcorn baru benar-benar mendapatkan tempat di hati masyarakat Amerika pada masa Great Depression di tahun 1930-an. Pada masa krisis ekonomi ini, banyak barang menjadi mahal, tetapi popcorn tetap menjadi camilan yang murah dan mudah dibuat. Harganya yang terjangkau membuatnya populer di kalangan masyarakat dari berbagai kelas sosial.
Saat itu, penjualan popcorn tidak hanya terbatas di rumah, tetapi juga di tempat-tempat umum seperti pasar malam dan festival. Popcorn menjadi camilan favorit, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa, karena rasanya yang lezat dan harganya yang ekonomis.
Popcorn mulai memasuki bioskop pada era 1930-an dan 1940-an. Sebelum itu, bioskop dianggap sebagai tempat yang elegan dan sering kali melarang makan atau minum di dalamnya. Namun, dengan diperkenalkannya film-film bersuara (talkies), bioskop mulai menjadi lebih populer dan menjangkau penonton dari berbagai latar belakang sosial.
Pengusaha popcorn melihat peluang besar dan mulai menjual popcorn di luar bioskop. Aroma popcorn yang menggoda membuat penonton bioskop tergoda untuk membelinya sebelum masuk. Melihat tingginya permintaan, para pemilik bioskop akhirnya mulai menjual popcorn di dalam gedung bioskop itu sendiri. Hal ini terbukti menguntungkan, baik bagi bioskop maupun penjual popcorn.
Setelah Perang Dunia II, penjualan popcorn di bioskop semakin meningkat. Bioskop menyadari bahwa menjual popcorn bisa menjadi sumber pendapatan yang signifikan, bahkan lebih menguntungkan daripada penjualan tiket film itu sendiri. Pada tahun 1950-an, ketika televisi mulai merambah ke rumah-rumah, bioskop memerlukan cara untuk mempertahankan penonton. Mereka menemukan bahwa menjual popcorn dengan harga murah adalah cara yang efektif untuk menarik penonton tetap datang ke bioskop.
Sejak itu, popcorn dan bioskop menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Tradisi ini menyebar ke seluruh dunia, dan sekarang, popcorn adalah bagian integral dari pengalaman menonton film di bioskop mana pun.
Di era modern, popcorn tetap menjadi camilan favorit di bioskop, tetapi dengan sentuhan inovasi. Banyak bioskop yang sekarang menawarkan berbagai rasa popcorn, mulai dari yang klasik dengan mentega hingga rasa-rasa unik seperti caramel dan keju. Popcorn biasanya tersedia dalam beberapa ukuran, mulai dari kecil hingga sangat besar. Ukuran besar sering kali cocok untuk dinikmati bersama teman atau keluarga. Banyak bioskop juga menyediakan tambahan seperti mentega cair atau taburan keju. Selain popcorn, biasanya ada juga pilihan camilan lain, seperti nachos dan permen.