Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Robot Bernama Oscar

22 September 2024   08:48 Diperbarui: 22 September 2024   09:13 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Freepik.com/premium-photo/AI

Oscar terdiam sejenak. Lalu, dengan lembut, ia menjelaskan, "Aku diciptakan untuk menemanimu karena Azhar selalu khawatir akan kesepianmu. Dia sangat mencintaimu, tapi tugasnya membuatnya sulit untuk berada di sampingmu."

Kata-kata Oscar menembus benteng kebencian yang Arvin bangun. 

"Ayahku yang menciptakan kamu?" tanya Arvin memastikan ia tidak salah dengar.

Oscar mengangguk sambil tersenyum. 

Ada sesuatu yang sangat keras menghantam dada Arvin. Perlahan, ingatan akan senyuman Ayahnya, pelukan hangatnya, dan kata-kata sayang yang pernah diucapkan terlintas di benaknya. Arvin teringat saat-saat kecil ketika Ayahnya membacakan cerita, saat mereka tertawa bersama di akhir pekan. Rasa menyesal mulai mengalir dalam hatinya, menggantikan kemarahan yang selama ini menyelimuti pikirannya.

"Aku... aku tidak tahu," Arvin berbisik, air mata akhirnya mengalir deras. "Aku sangat membenci Ayah, tapi sekarang..."

Oscar melangkah mendekat, "Merasa kehilangan adalah hal yang wajar. Ingatlah bahwa cinta tidak selalu diungkapkan dengan kata-kata. Terkadang, tindakan lebih berbicara."

Arvin menatap Oscar, menyesal karena tidak pernah mencoba memahami Ayahnya. Kini, tidak ada lagi waktu untuk memperbaiki hubungan itu. Duka merasuki jiwanya. Ia merasa seperti sebuah puing, hancur oleh penyesalan.

"Saya di sini untukmu, Arvin. Aku akan menemanimu. Kita bisa terus mengenang Azhar bersama," Oscar berkata, memberikan harapan di tengah kesedihan.

Hari-hari berlalu, dan meskipun rasa sakit itu masih ada, Arvin berusaha untuk tidak lagi membenci. Ia mulai mengingat kenangan indah bersama Ayahnya dan menghargai semua pengorbanan yang telah dilakukan Azhar. Bersama Oscar, ia belajar mengalihkan kesedihan menjadi semangat untuk terus melanjutkan hidup.

Di setiap malam, Arvin berbicara kepada Oscar tentang Ayahnya. Mereka berbagi cerita, mengenang tawa, dan menulis surat-surat yang tidak sempat Arvin sampaikan. Mungkin, Azhar telah pergi, tetapi cinta dan ingatan yang tertinggal akan selalu ada dalam hati Arvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun