"Ya, terima kasih," jawab Yasmin, suaranya bergetar. "Kau menyelamatkanku."
Pemuda itu mengangguk, seolah memahami beratnya beban yang baru saja terangkat. Lalu, tanpa kata-kata lebih, ia menghilang ke dalam malam, membiarkan Yasmin tertegun dalam keheningan.
Bertahun-tahun kemudian, Yasmin melanjutkan hidupnya, menikah dan memiliki seorang anak lelaki bernama Imam. Sejak kecil, Imam sudah menunjukkan kecerdasan yang tak biasa. Di usianya yang belia, ia mampu memecahkan teka-teki rumit dan berbincang tentang hal-hal yang sering kali membingungkan orang dewasa. Namun, ada satu hal yang membuat Yasmin terkejut: sikapnya yang seolah menyimpan banyak rahasia.
Suatu sore, saat mereka duduk di ruang tamu, Imam menatap Yasmin dengan tatapan yang dalam. "Ibu," katanya, suaranya penuh keyakinan. "Aku seorang time traveller dari masa depan."
Yasmin tertegun, merasakan jantungnya berdebar. "Imam, kau bercanda, kan? Time traveller hanya ada di film dan dongeng."
"Tidak, Bu. Aku serius. Aku bisa kembali ke masa lalu," jawab Imam, tanpa ragu.
"Jadi, kau bisa memberitahuku tentang apa yang akan terjadi?" Yasmin bertanya, setengah ingin percaya, setengah meragukan.
Imam mengangguk. "Ada hal penting yang ingin kau ketahui. Tentang malam itu, ketika Ibu hampir dibegal."
Jantung Yasmin bergetar. "Apa maksudmu? Bagaimana kau bisa tahu tentang malam itu?"
Imam tersenyum, matanya berbinar. "Karena aku ada di sana, Bu. Aku yang menyelamatkan Ibu."
Yasmin terdiam, hatinya bergetar. Dalam sekejap, bayangan malam gelap itu muncul kembali---pemuda yang berani, sosok yang memberinya harapan di tengah ketakutan. "Jadi, kamu mengatakan bahwa kamu adalah...?"