Seorang pria tua melangkah terseok
di jalan-jalan batu yang sepi
bibirnya retak, kering dan pucat
mata sayu mencari
tapi tak ada yang peduli
Langkah-langkahnya gemetar
ditelan debu dan kerikil
di kiri kanan gedung tinggi berdiri
manusia sibuk, berlari-lari
Tak ada yang menoleh
tak ada yang berhenti
Demi segelas air
bahkan senyum pun tak diberi
Ia berhenti di tepi kali
air keruh bergelombang
bercampur sampah
limbah pabrik menggenang
Dengan gelas plastik di tangannya
ia meraup apa yang ada
Kepalanya mendongak
menatap langit yang muram
dan ketika air hampir mencapai bibirnya
tiba-tiba
tetes pertama jatuh
Hujan datang tanpa suara
titik-titik membasahi tanah
tanpa diminta
tanpa disuruh
Ia terdiam
tersenyum lirih
gelas plastik pun ia jatuhkan
dan mulutnya terbuka lebar
menyambut hujan yang turun perlahan
Bukan tangan manusia
bukan kasih yang fana
tapi hujan
tangan Tuhan yang turun tanpa suara
mengalirkan kehidupan di tiap tetesnya
Ia minum
minum hingga dahaga hilang
hingga tubuhnya segar kembali
Dan di bawah langit mendung
dengan hujan yang berderai
ia tahu
Tuhan tak pernah absen dari kehidupan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H