Angin menderu kencang, meniup dedaunan, mencambuk pepohonan, dan memutar-mutar debu di udara. Petir sesekali membelah gelapnya langit, kilatan cahayanya menyambar dengan kecepatan yang menakutkan. Butiran hujan sebesar biji jagung menghantam aspal, menciptakan riak yang tak henti-henti.Â
Di antara suara gemuruh dan hembusan angin, Rafif melangkah perlahan dengan payung lusuhnya. Sepatu yang sudah basah membuat setiap langkah terasa semakin berat. Baru saja dipecat, perasaannya campur aduk, antara putus asa dan bingung harus melangkah ke mana. Setiap tetes hujan yang jatuh terasa seperti cermin dari kebingungannya, sementara angin yang melawan langkahnya mempertegas beratnya perjalanan hidup yang tengah ia hadapi.
Rafif menarik napas dalam, mengumpulkan keberanian sebelum mendorong pintu kaca toko yang pertama. "Permisi, Bu," Rafif membuka mulut, suaranya bergetar oleh dingin dan rasa canggung. "Apakah di sini ada lowongan pekerjaan?"
"Maaf, di sini tidak ada lowongan lagi." Di toko berikutnya juga sama. "Kami sedang tidak butuh orang sekarang." Dan lagi. "Semua posisi sudah terisi."
Di setiap tempat, rasa penolakan terasa lebih berat, menambah beban yang sudah menumpuk berat di pundaknya. Di tengah perjalanannya, dia melihat sebuah halte kecil di pinggir jalan, perlindungan sementara dari badai yang tak kunjung reda. Dengan langkah berat, Rafif meneduh di sana, berharap hujan segera berhenti, meskipun di dalam hatinya, badai yang jauh lebih besar sedang berkecamuk. Kegelisahan mengaduk-aduk pikirannya, membuatnya mempertanyakan sejuta hal; pekerjaan, masa depan, dan hidup yang sepertinya tak pernah berjalan sesuai rencananya.
Dari sudut mata, Rafif melihat seorang ibu-ibu tua yang juga sedang meneduh. Seolah menyadari tatapannya, ibu itu tersenyum.
"Kamu tampak lelah, Nak," suaranya lembut, tidak seperti hujan badai kencang di luar.
"Hidup terasa berat, Bu. Seperti hujan ini yang rasanya tak akan pernah berhenti." Keputusasaan terdengar di suaranya.
"Hujan pasti akan berhenti. Badai tidak selamanya. Sama seperti hidup, terkadang jalannya tidak selalu sesuai dengan yang kita rencanakan."
"Tapi... rasanya semua usaha saya sia-sia. Saya sudah berusaha, tapi selalu gagal."