Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku Kehidupan

19 September 2024   11:15 Diperbarui: 19 September 2024   14:29 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil, berdiri sebuah perpustakaan tua, penuh debu dan aroma kertas usang. Di dalamnya, seorang pria bernama Hasbi, pustakawan yang tak hanya menjaga buku, tetapi juga merawat kisah-kisah di dalamnya. Setiap hari, ia mengurusi ribuan buku yang tersusun rapi di rak-rak kayu. Namun, bukan hanya buku-buku itu yang ia jaga; ia juga menjaga impian besar untuk putranya, Ferdi.

Sejak kecil, Ferdi tumbuh di antara barisan buku-buku. Ketika anak-anak lain bermain di luar, Ferdi lebih suka duduk di lantai perpustakaan, membaca. Hasbi sering berkata kepada Ferdi, "Buku-buku ini bukan hanya teman bicara, tapi juga guru terbaikmu."

Suatu hari, Hasbi mengajak Ferdi masuk ke ruangan belakang, ruangan yang jarang ia masuki. Di sana, Hasbi memperlihatkan sebuah pintu kayu tua dengan gembok kuno. "Ada sebuah buku kehidupan di balik pintu ini," ucap Hasbi dengan suara rendah. "Jika kau berhasil membaca semua buku di perpustakaan ini, aku akan memberimu hadiah, kunci untuk buku itu."

Mata Ferdi berbinar. "Apa yang ada di dalamnya, Ayah?"

Hasbi tersenyum misterius. "Buku kehidupan yang akan menjawab semua pertanyaanmu tentang dunia, tentang diri sendiri."

Sejak saat itu, Ferdi bertekad, setiap hari, ia tenggelam dalam lautan kata-kata. Pagi, siang, dan malam ia membaca. Setiap halaman yang ia balik terasa seperti langkah kecil menuju kunci rahasia yang dijanjikan ayahnya. Ia menelusuri dunia sejarah, mitologi, sains, sastra, hingga filsafat yang mengajarkan makna kehidupan.

Tahun demi tahun berlalu, Ferdi beranjak dewasa. Waktu terus berputar, dan di usianya yang ke-25, ia menyadari bahwa ia telah membaca seluruh buku di perpustakaan itu. Namun, sebelum ia sempat berbicara dengan Hasbi, ayahnya jatuh sakit. Hasbi terbaring lemah di ranjang, tubuhnya tak lagi sekuat dulu. Mata yang dulunya bersinar penuh gairah kini tertutup kabut lelah.

Dengan napas tersisa, Hasbi menyerahkan kunci itu kepada Ferdi. "Buka... ruangan itu..." gumamnya lirih.

Ferdi, dengan hati berdebar, meraih kunci tua itu dan berjalan menuju ruangan rahasia di belakang perpustakaan. Kunci itu pas, dan pintu terbuka dengan suara derit yang menggema. Di dalamnya, hanya ada satu meja kecil dan di atasnya, sebuah buku besar dengan sampul hitam yang terlihat sudah sangat tua. Ini pasti buku kehidupan, pikir Ferdi. Jemarinya gemetar saat meraih buku itu dan membuka halaman pertama.

Kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun