Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Nominator AMI Awards 2015. 3 bukunya terbit di Gramedia. Penulis cerita di comicone.id. Sudah menulis 3 skenario film. Tumbal: The Ritual (2018), Jin Khodam (2023), Kamu Harus Mati (coming soon).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria yang Ingin Mengubah Dunia

18 September 2024   07:19 Diperbarui: 18 September 2024   07:30 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rafi selalu merasa dunia perlu diubah. Setiap hari, ia bergerak cepat, penuh tekad, membawa mimpi-mimpi besarnya. Di kantor, di rumah, bahkan di tengah keramaian, pikirannya tak pernah berhenti berputar, merencanakan cara untuk mengubah dunia. Baginya, sebagai orang pintar, itu adalah tugasnya.

Kemarin, ia bekerja hingga larut malam, menyusun proposal proyek yang diyakininya akan membawa revolusi besar di perusahaannya. Baginya, hidup adalah tentang mengejar sesuatu yang lebih besar, lebih hebat. Rafi ingin dunia yang lebih baik, dunia yang dia ciptakan dengan tangannya sendiri.

Namun, hari ini, ada sesuatu yang berbeda. Ia bangun dengan perasaan asing. Pikirannya terasa kosong, langkahnya tak lagi secepat biasa. Ada keheningan di dalam dirinya yang tak bisa ia pahami.

Rafi menatap langit dari jendela apartemennya. Warna biru yang dulu selalu ia abaikan kini terlihat lebih mendalam, seolah memanggilnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri: Kenapa semua ini terasa hampa? Bukankah ia seharusnya bahagia dengan segala pencapaiannya?

Setelah berjam-jam berjuang di kantor, ia merasa perlu untuk melarikan diri sejenak dari rutinitas. Ia memutuskan untuk berjalan menyusuri jalan-jalan yang dulu sering ia lewati saat masih kuliah. Jalanan ini penuh kenangan, dan ia berharap bisa menemukan jawaban di sana.

Di ujung jalan, Rafi melihat seorang wanita duduk di bangku taman. Wanita itu tersenyum saat melihatnya mendekat.

"Mita?" Rafi menyapanya dengan ragu. Ia mengenali wajah itu, meski sudah bertahun-tahun tak bertemu.

Mita mengangguk, senyum di wajahnya tidak berubah sedikit pun. "Lama tak bertemu, Rafi."

Mita adalah kekasih masa lalu Rafi, sosok yang pernah menjadi pusat dunianya sebelum ambisi dan kesibukannya menelan segalanya. Mereka berpisah, bukan karena hilangnya cinta, tetapi karena dunia yang semakin menjauhkan mereka. Mita pernah berkata padanya, "Kamu mengejar langit, Rafi, sementara aku hanya ingin berjalan di bumi bersamamu." Namun, Rafi tak pernah mendengar kata-kata itu dengan hati yang terbuka. Ia terlalu sibuk membangun jembatan menuju masa depan yang ia pikir akan sempurna, tanpa menyadari bahwa ia perlahan meninggalkan Mita di tepi jalannya.

Malam ketika mereka berpisah, Mita menatapnya dengan mata yang penuh kesedihan yang tak terucap. "Suatu hari, kamu akan mengerti bahwa dunia ini tidak pernah bisa kamu genggam sepenuhnya. Tapi mungkin saat itu, aku sudah terlalu jauh untuk kau raih lagi."

Dan saat ini mereka bertemu. Mereka mulai berbicara, mengobrol tentang masa lalu. Mita menceritakan hidupnya, menurutnya ada hal-hal yang lebih penting daripada sekadar mengejar mimpi besar.

"Dunia ini tak selalu butuh perubahan besar," kata Mita. "Yang harus diubah adalah cara kita melihatnya."

Percakapan itu menyentuh sesuatu dalam diri Rafi. Kata-kata Mita membuatnya merenung. Selama ini, apakah ia terlalu fokus mengubah dunia di luar hingga melupakan dunia di dalam dirinya sendiri? Mereka lalu berjanji akan bertemu lagi besok..

Malam itu, Rafi pulang dengan pikiran yang bergelut. Dunia yang ia kejar dengan ambisi besar kini terasa tidak begitu penting. Ia mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya ia inginkan dalam hidup.

Keesokan harinya, Rafi pergi ke tempat yang sama, tapi Mita tidak ada di sana. Bangku taman itu kosong. Merasa ada yang aneh, Rafi mulai bertanya-tanya tentang Mita. Ia mencoba menghubungi teman-teman lama mereka untuk mencari tahu kabarnya, tapi yang ia temukan justru mengejutkan.

"Mita? Kamu nggak tahu, ya?" salah satu teman mereka menjawab dengan suara pelan. "Mita meninggal lima tahun yang lalu."

Dunia Rafi seakan terhenti. Ia terdiam, jantungnya berdegup kencang. Rafi sadar, Mita tidak datang untuk memberi jawaban tentang dunia, tapi tentang dirinya sendiri. Dengan perasaan campur aduk, Rafi kembali ke rumah. Kini, ia tahu, perubahan terbesar bukan tentang dunia di luar sana, tetapi di dalam dirinya.

Setelah bertahun-tahun berlalu, kata-kata Mita menjadi kenyataan yang menghantui Rafi. Ia mungkin telah berhasil menggenggam dunia, namun menyadari bahwa ia kehilangan satu-satunya hal yang sebenarnya ia butuhkan: cinta yang sederhana dan tulus dari Mita.

TAMAT

"Kemarin saya pintar, jadi saya ingin mengubah dunia. Hari ini saya bijaksana, jadi saya mengubah diri saya sendiri." -- Jalaluddin Rumi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun