Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Nominator AMI Awards 2015. 3 bukunya terbit di Gramedia. Penulis cerita di comicone.id. Sudah menulis 3 skenario film. Tumbal: The Ritual (2018), Jin Khodam (2023), Kamu Harus Mati (coming soon).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cincin yang Menemukan Jalan Kembali

16 September 2024   09:58 Diperbarui: 16 September 2024   10:07 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ciko menatap cincin di tangannya dengan getir. Kilauan kecil di permukaan cincin seolah mencerminkan harapan yang kini pupus. Ia membeli cincin itu dengan harapan besar untuk melamar Eva, wanita yang sudah lama ia cintai dalam diam. Namun, sebelum ia sempat mengutarakan niatnya, sebuah surat datang. Bukan dari Eva, melainkan undangan pernikahan. Nama Eva terukir di sana, tetapi bukan berdampingan dengan namanya, melainkan Firman, sahabat lama mereka.

Rasanya perih. Ciko merasakan hatinya seolah diremukkan. Tanpa banyak berpikir, ia menuju ke tepi pantai. Tempat di mana ia sering merenung, mencari ketenangan. Ia memandangi lautan yang luas dan tak berujung, lalu tanpa ragu, ia melempar cincin itu sejauh mungkin ke tengah ombak yang bergelombang. Biarlah cincin itu hilang di sana, tenggelam dalam samudra seperti perasaannya yang kini lenyap.

Hari-hari berlalu, dan Ciko mendengar kabar pernikahan Eva dan Firman. Mereka berbulan madu, berlayar mengarungi lautan, namun takdir ternyata punya rencana lain. Kapal mereka dihantam badai hebat dan karam di tengah samudra. Firman, dalam usaha heroiknya untuk menyelamatkan Eva, tenggelam bersama kapal yang hancur diterpa ombak. Tubuhnya tak pernah ditemukan.

Eva berhasil selamat, meski terluka dan terguncang. Setelah kejadian itu, ia menghilang dari kehidupan sosial, tenggelam dalam masa berkabung. Sementara itu, Ciko hanya bisa mendengar kabar dari jauh, merasa tak berdaya menghadapi semua ini. Namun, ada satu hal aneh yang terjadi setelah tragedi itu.

Di jemari manis Eva, melingkar sebuah cincin. Ia tidak tahu dari mana asal cincin itu, namun ada satu hal yang membuatnya terus memakainya---nama "Eva" terukir di bagian dalam cincin tersebut. Cincin itu terasa seperti sesuatu yang seharusnya ada di sana, meskipun Eva tak ingat kapan dan bagaimana cincin itu bisa berada di tangannya.

Bulan demi bulan berlalu. Ketika masa berkabungnya selesai, Eva kembali ke kehidupannya yang sunyi, membawa luka yang tak pernah sepenuhnya sembuh. Hingga suatu hari, Eva dan Ciko bertemu lagi. Ada kekosongan di mata Eva, tetapi juga kehangatan yang samar. Mereka berbicara tentang banyak hal, tentang kenangan lama dan tragedi yang baru saja terjadi. Tapi pandangan Ciko segera tertuju pada jemari Eva.

Cincin itu.

Ciko tercekat. "Eva, cincin itu..." Ia meraih tangan Eva dengan lembut, matanya membelalak tak percaya.

Eva menatap cincin di jarinya dengan bingung. "Aku tidak tahu dari mana cincin ini. Yang aku tahu, ada namaku di dalamnya, jadi aku memakainya. Aneh, kan?"

Ciko menggenggam tangannya lebih erat. "Itu cincin yang pernah aku beli untukmu... Tapi aku membuangnya ke laut, di hari aku tahu kau akan menikah dengan Firman."

Eva tertegun, mencoba mencerna kata-kata Ciko. "Kau buang cincin ini ke laut?" Bisikan itu hampir tak terdengar di tengah kepedihan yang masih membayangi pikirannya.

Ciko mengangguk, perasaannya bercampur aduk antara takjub dan tak percaya. "Aku tak pernah memberikannya padamu. Saat aku tahu kau menikah dengan Firman, aku berpikir semuanya sudah selesai, jadi aku membuangnya ke laut."

Eva tersenyum tipis, namun ada air mata yang menggenang di sudut matanya. "Lalu bagaimana cincin ini bisa ada padaku?"

Mereka berdua terdiam, membiarkan pertanyaan itu menggantung tanpa jawaban pasti. Satu hal yang pasti: cincin itu entah bagaimana telah kembali dari kedalaman laut. Mungkin, laut yang sama tempat kapal Eva dan Firman karam.

"Dan cincin Firman?" Eva berbisik, matanya beralih ke laut seolah mencari sesuatu yang tak akan pernah ia temukan.

Ciko menggigit bibirnya, tahu apa yang ingin disampaikan Eva. Cincin Firman, seperti tubuhnya, telah tenggelam ke dasar laut yang gelap dan tak pernah kembali. Tapi entah bagaimana, cincin milik Ciko, lambang cintanya yang tak pernah terucap, justru kembali dan melingkar di jemari Eva. Mungkin, ada hal-hal yang memang tak dapat dijelaskan oleh akal sehat. Cinta, seperti halnya laut, menyimpan rahasia yang hanya bisa dipahami oleh hati.

Dengan lembut, Ciko memandang Eva. "Mungkin, cincin ini memang milikmu sejak awal. Dan mungkin... ada hal-hal yang tidak bisa kita hindari."

Eva hanya bisa mengangguk pelan, merasa cincin itu seolah menjadi simbol dari sesuatu yang lebih besar dari kehidupan mereka. Cinta, meski terombang-ambing dalam badai, akan selalu menemukan jalannya kembali.

TAMAT

"Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu." -- Tere Liye

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun