Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Nominator AMI Awards 2015. 3 bukunya terbit di Gramedia. Penulis cerita di comicone.id. Sudah menulis 3 skenario film. Tumbal: The Ritual (2018), Jin Khodam (2023), Kamu Harus Mati (coming soon).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pekarangan Bunga Istriku

15 September 2024   14:01 Diperbarui: 15 September 2024   14:02 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/

Anton menyaksikan setiap pujian yang keluar dari bibirnya membawa perubahan. Bunga-bunga mulai bermunculan di pekarangan, dan seiring dengan itu, kesehatan Erna juga semakin pulih. Setiap hari ada saja bunga baru yang tumbuh. Mawar merah, putih, kuning, hingga anggrek yang pernah mereka tanam bersama kembali bermekaran. Pekarangan itu perlahan-lahan kembali hidup, penuh dengan warna-warni kehidupan yang dulu hilang.

Dan Erna? Ia mulai bangkit dari sakitnya. Pertama, matanya yang kembali bersinar. Lalu, tangannya yang mulai bisa bergerak, menggenggam tangan Anton dengan lemah tapi penuh cinta. Hari demi hari, tubuhnya semakin kuat. Senyumnya yang lama menghilang, perlahan kembali menghiasi wajahnya yang dulu tampak pucat.

Anton semakin menyadari bahwa ada kekuatan dalam kata-katanya, bukan sekadar pujian kosong, melainkan cinta yang selama ini mungkin terlupakan di tengah kesibukan hidup.

"Na, kamu selalu tahu bagaimana caranya membuat dunia kita terasa indah," ucap Anton suatu pagi sambil memandang pekarangan yang kini penuh dengan bunga. "Kamu adalah kebahagiaan yang tak pernah luntur."

Dan saat itu, Erna yang sudah bisa duduk di kursinya, tersenyum penuh arti. "Terima kasih, Mas Anton," suaranya lirih tapi jelas. "Mungkin aku hanya butuh mendengar semua itu lagi."

Anton menatap istrinya dengan perasaan haru. "Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu butuh itu?"

Erna tersenyum kecil, meski lemah. "Aku nggak mau mengeluh, Mas. Tapi terkadang, kita semua butuh diingatkan tentang seberapa besar kita dihargai."

Anton menyadari bahwa selama ini, dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, lupa memberikan perhatian yang lebih dalam pada istrinya. Ia lupa bahwa pujian sederhana bisa menghidupkan kembali semangat yang perlahan memudar. Sejak itu, Anton berjanji tak akan pernah lagi lupa memuji istrinya, memberikan penghargaan kecil yang bisa menguatkan hubungan mereka.

Pekarangan mereka kini penuh dengan bunga. Setiap hari Anton melihat keajaiban kecil itu tumbuh, mengingatkannya bahwa cinta yang dipupuk dengan kata-kata lembut dan pujian bisa menghidupkan kembali sesuatu yang hampir mati. Dan rumah mereka pun kini kembali penuh dengan kehangatan.

TAMAT

"Pujian tidak memerlukan biaya, namun banyak yang membayar mahal untuk itu." -- Thomas Fuller

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun