Seketika Windy menangis. "Aku minta maaf...."
Empat tahun yang lalu, sebelum Windy dan Adiba lulus SMA, mereka berada di tempat ini, membicarakan masa depan. Windy ingin tetap tinggal di desa dan membantu  orangtuanya, sedangkan Adiba ingin keluar dari sini, untuk kuliah. Namun, Windy tidak terima dengan keputusan Adiba. Ia memaksa sahabatnya untuk tidak pergi. Akhirnya, Adiba menuruti keinginan Windy. Ia lulus SMA dan tidak berkuliah. Beberapa bulan kemudian, Adiba sakit parah. Kurangnya fasilitas medis di desa membuatnya kesulitan mendapat diagnosis. Tidak lama setelahnya, Adiba meninggal dunia. Semenjak itu, Windy dihantui rasa takut dan bersalah. Jika saja ia membiarkan Adiba pergi, mungkin sahabatnya masih terselamatkan. Dia tidak tahan tinggal di desa dan akhirnya pindah ke kota, mendaftar kuliah, dan mengubah hidupnya.
"Aku menyesal, Adiba. Seharusnya aku tidak pernah menahanmu untuk pergi. Aku takut kehilanganmu... dan karena itu aku egois. Aku berpikir kalau kamu tetap di sini, kita akan selalu bersama. Tapi aku salah. Aku tidak pernah benar-benar memikirkan apa yang terbaik untukmu dan aku tidak pernah punya keberanian untuk meminta maaf. Aku minta maaf, Adiba."
"Kamu tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kamu bisa menebusnya." Adiba tersenyum.
"Bagaimana caranya?"
Lalu, Adiba menghilang. Kabut yang tadinya mencekam mulai memudar, bersamaan dengan ketakutan yang selama ini membelenggu dirinya. Windy sadar, seperti kabut yang hanya sementara, ketakutannya juga hanyalah bayangan, sesuatu yang bisa hilang jika kita cukup berani untuk menghadapinya.
"Kak Windy?" sebuah suara memanggilnya.
"Fitri! Ke mana saja kamu?"
Fitri menjelaskan, hujan deras semalam membuatnya tidak bisa pulang ke rumah dan memutuskan untuk menginap di rumah temannya yang tinggal di pinggir hutan. Selama perjalanan pulang, mereka bicara tentang banyak hal. Fitri menjelaskan rencana setelah dia lulus SMA. Dia ingin berkuliah di kota, namun tidak yakin. Akhirnya, Windy berusaha membantu Fitri mengejar impiannya. Dengan itu, mereka merencanakan perjalanan ke kota. Dan meskipun langkah ini tidak bisa mengembalikan Adiba, Windy tahu bahwa dengan membantu Fitri, dia telah menemukan cara untuk menebus masa lalunya, dengan memberikan kesempatan pada generasi baru untuk mengejar mimpi yang dulu tidak sempat terwujud.
TAMAT
"Kita menjadi bijak bukan oleh ingatan masa lalu kita, tetapi dengan tanggung jawab untuk masa depan kita." - George Bernard Shaw