Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kunci yang Hilang

12 September 2024   11:10 Diperbarui: 12 September 2024   11:14 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara malam itu begitu dingin. Angin menerpa wajah Bagas yang berdiri di depan pintu rumahnya, menggigil. Tangannya merogoh saku celana berulang kali, mengharapkan sentuhan dingin dari kunci rumah yang biasa menggantung di sana. Namun, nihil. Ia tak menemukan apa-apa selain secarik kertas bon kafe dan beberapa koin receh.

"Kemana kunci sialan itu?" gumamnya sambil merapatkan jaket. Ia memeriksa setiap saku, bahkan dalam lipatan-lipatan kecil di tasnya, tetapi tetap tak menemukan apa yang ia cari. Bagas memandang pintu kayu tua di hadapannya, pintu yang tampak kokoh, menertawakannya dalam sunyi malam.

Ia duduk di tangga teras, mencoba mengingat dengan jernih. Apakah ia menjatuhkannya di jalan? Di kantor? Di kafe tempat ia baru saja ngopi? Kunci itu seharusnya bersamanya.

Bagas merenung. Sudah lama ia merasa seperti terkunci di luar hidupnya sendiri. Pekerjaan yang dulu memberinya semangat kini terasa hampa. Hubungan dengan teman-temannya perlahan merenggang, tenggelam dalam obrolan basi dan basa-basi tanpa makna. Dan cinta? Ah, itu adalah kunci yang sudah lama hilang.

Ia teringat Sinta, wanita yang dulu membuatnya merasa hidup, yang membawa tawa ke dalam hari-harinya. Hubungan mereka retak begitu saja, tak jelas di mana letak kesalahan pertama. Mungkin, ia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, terlalu tenggelam dalam pekerjaan dan ambisi, hingga lupa memberikan waktu untuk orang yang ia cintai. Sinta pergi, meninggalkan kosong yang tak pernah bisa ia isi kembali.

Bagas berdiri, menggosok kedua tangannya, mencoba mengusir dingin. Ia berjalan mondar-mandir di depan pintu, mencoba mencari solusi, mencoba mengingat kembali momen-momen kecil dalam hidupnya yang ia abaikan.

Pikirannya terus mengembara. Ia teringat perbincangannya dengan ayahnya beberapa tahun lalu. Ayahnya pernah berkata, "Bagas, jangan sampai kamu kehilangan kunci untuk mengenali dirimu sendiri. Sebab jika itu terjadi, kau akan merasa terkunci dalam hidupmu selamanya, tanpa tahu bagaimana caranya keluar."

Ayah benar, batin Bagas. Ia telah lama kehilangan kunci untuk menemukan dirinya sendiri. Semua ambisi, keinginan, dan tuntutan hidup membuatnya lupa siapa ia sebenarnya, apa yang ia inginkan, dan ke mana ia hendak pergi.

Malam semakin larut. Langit gelap dan suara angin mendesis di antara pepohonan. Bagas duduk kembali, lelah secara fisik dan mental. Ia menatap kosong ke depan, mencoba menenangkan pikirannya yang semakin kacau.

Saat pandangannya tertuju ke pintu rumah yang tertutup rapat, ia tiba-tiba teringat sesuatu. Kunci cadangan! Ya, ada kunci cadangan yang disembunyikannya di pot bunga besar di sudut teras. Bagas berdiri cepat, melangkah menuju pot itu dan menggali tanah dengan tangannya yang gemetar karena dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun