Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Nominator AMI Awards 2015. 3 bukunya terbit di Gramedia. Penulis cerita di comicone.id. Sudah menulis 3 skenario film. Tumbal: The Ritual (2018), Jin Khodam (2023), Kamu Harus Mati (coming soon).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mati dalam Kesepian

11 September 2024   20:37 Diperbarui: 11 September 2024   20:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit pagi itu abu-abu. Udara berat, seperti menumpang kesedihan yang memuncak di dada seorang pemuda bernama Raja. Ia duduk di sudut kamar rumah sakit, memandangi tubuh lemah Mirna, pacarnya, yang terbaring tanpa daya di atas ranjang. Tubuhnya putih pucat, napasnya tersengal, namun wajahnya tetap memancarkan ketenangan.

Mirna telah berjuang keras melawan penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya selama berbulan-bulan. Raja selalu ada di sana, menggenggam tangannya, berbicara pelan-pelan meski ia tahu Mirna mungkin tak lagi mendengar. Ia memelihara harapan seperti menjaga api kecil di tengah badai.

Namun pagi ini, harapan itu padam. Layar monitor di samping ranjang Mirna mengeluarkan suara panjang yang dingin. Mirna telah pergi. Raja merasa dunia runtuh dalam sekejap. Setiap detak jam seperti menghujam batinnya. Semua doanya selama ini, permohonannya agar Mirna diselamatkan, semua sia-sia.

Air matanya jatuh tanpa suara. Ia meremas kuat-kuat tangan Mirna yang kini dingin. Dalam hatinya, perasaan marah, kecewa, dan hampa berbaur menjadi satu. Raja menengadah. "Kenapa bukan aku saja? Kenapa bukan nyawaku yang Kau ambil? Aku yang lebih pantas mati! Tidak ada gunanya aku hidup tanpa dia."

Raja bangkit, menatap tubuh Mirna sekali lagi. Dengan langkah gontai, ia meninggalkan kamar itu. Setiba di rumah, ia masuk ke kamar tidurnya dan menutup pintu rapat-rapat. Kamar itu terasa sunyi, seperti ruang hampa tanpa suara atau kehidupan. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang, ingin melupakan semuanya, berharap bisa terbangun di dunia lain di mana Mirna masih hidup.

Raja terbangun dalam kedinginan. Punggungnya terasa keras dan dingin. Ia membuka mata dan mendapati dirinya berbaring di atas sebuah ranjang besi dengan kain putih menutupi tubuhnya. Suasana sekitarnya asing---terang benderang, dengan dinding putih yang tak biasa. Bau antiseptik menyengat memenuhi udara.

Kepalanya pusing, dan ketika mencoba bergerak, seluruh tubuhnya kaku, seperti digerakkan oleh dorongan asing. "Di mana ini?" pikirnya. Kain putih itu menutupi seluruh tubuhnya. Pelan-pelan ia menarik kain itu, dan seketika, hatinya mencelos. Tubuh yang dilihatnya... adalah tubuhnya sendiri. Ia terbaring kaku, tak bernyawa. Wajahnya pucat, dengan matanya terpejam seolah sedang tidur. Ruangan itu adalah kamar jenazah, dan dia... sudah mati!

Panik menyergap. Raja mencoba berteriak, namun suaranya tak keluar. Ia berusaha bangkit, tapi tak ada yang bisa ia gerakkan selain perasaannya yang terombang-ambing di antara kemarahan dan ketakutan. Tubuhnya terperangkap dalam jasad mati yang tergeletak tanpa daya. "Tidak mungkin... Ini pasti mimpi..."

Di saat itulah pintu kamar jenazah terbuka. Masuklah seorang perempuan. Mirna! Dengan gaun putih, tampak sehat, bahkan lebih cantik dari yang pernah ia ingat. Sejenak, harapan merayapi hatinya. Mungkinkah ini sebuah keajaiban? Apakah Mirna masih hidup?

Namun, harapan itu segera hancur berantakan ketika di belakang Mirna muncul seorang pria yang tak dikenal Raja. Mereka berjalan beriringan, tangan pemuda itu melingkari pinggang Mirna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun