Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jembatan Tua

8 September 2024   11:12 Diperbarui: 8 September 2024   11:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/premium-ai-image/

Esok harinya, Adi mengambil keputusan. Ia berdiri di depan jembatan tua itu. Di balik jembatan, terbentang jalan menuju kota, menuju dunia yang belum pernah ia jamah.

Lelaki tua itu berdiri di sampingnya, tersenyum penuh arti. "Kau siap?" tanya lelaki tua itu.

Adi mengangguk, meski hatinya masih gamang. Ia melangkah ke atas jembatan. Setiap langkah terasa berat, namun ada getaran aneh dalam dirinya, seakan-akan ia mendekati sesuatu yang besar.

Ketika ia mencapai tengah jembatan, tiba-tiba jembatan itu bergoyang. Tanpa peringatan, kayu-kayunya mulai runtuh. Adi berteriak, mencoba mencari pegangan, namun ia terjatuh ke dalam sungai yang deras. Air sungai menelannya bulat-bulat, dan dalam sekejap, semuanya menjadi gelap.

Namun, ketika ia membuka mata, Adi tidak menemukan dirinya di dasar sungai. Ia berada di suatu tempat yang asing, tempat yang sama sekali tak pernah ia bayangkan. Di sekelilingnya, hanya ada hamparan emas dan cahaya terang yang menyilaukan.

Di sana, lelaki tua itu sudah menunggunya. Tapi kali ini, ia tampak berbeda---wajahnya bersinar dan tubuhnya tegap, seolah-olah ia adalah sosok yang agung. "Kau sudah menemukan kebahagiaan terbesarmu, Adi," kata lelaki itu dengan suara yang terdengar menggema.

Adi bingung. "Apa maksud Bapak? Di mana ini?"

Lelaki itu menatapnya dalam-dalam, senyum yang penuh makna tersungging di wajahnya. "Kebahagiaan terbesar adalah saat kau sadar bahwa semua yang kau cari di luar sana sudah ada di dalam dirimu. Kau tidak perlu menyeberangi jembatan itu. Kebahagiaanmu sudah lengkap."

Seketika, Adi tersadar. Ia sudah bahagia selama ini---bahagia dengan hal-hal kecil yang ia miliki. Perjalanannya mencari lebih ternyata hanya ilusi. Dunia luar yang ia impikan hanyalah cermin dari apa yang sudah ada dalam hatinya.

Ketika Adi tersadar sepenuhnya, ia kembali berada di tepi sungai, dengan jembatan tua yang utuh di belakangnya. Lelaki tua itu hilang, dan Adi tahu, ia telah menemukan kebenaran yang selama ini tersembunyi di balik senyum sederhana hidupnya.

TAMAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun