Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui dua jenis orang: yang benar-benar kaya dan yang berusaha keras terlihat kaya. Sekilas mungkin mereka tampak serupa, tapi jika kita amati dengan seksama, ada banyak perbedaan yang bisa bikin kita senyum-senyum sendiri.
Mereka yang benar-benar kaya cenderung santai soal gaya hidup. Jeff Bezos, salah satu orang terkaya di dunia, sering terlihat mengenakan kaos biasa, celana jeans, dan sneakers. Ini bukan karena ia nggak punya duit buat beli barang branded, tapi lebih karena kenyamanan dan kepraktisan. Dia nggak merasa perlu pamer. Kalau jalan-jalan ke mal, mungkin dia lebih fokus mencari barang yang fungsional, bukan barang yang bikin mata orang melirik.
Sebaliknya, orang yang pengen terlihat kaya sering berusaha keras untuk pamer kekayaan. Tas branded palsu, aksesoris bling-bling, dan outfit yang menjerit "LIHAT AKU!" menjadi senjata utama. Mereka lebih sering nongkrong di kafe mahal, pesan secangkir kopi yang fotogenik, dan tentu saja, jepret sana-sini untuk diunggah di media sosial dengan caption inspiratif ala motivator. Ups!
Orang kaya sejati mungkin punya mobil mewah, tapi mereka juga sering naik mobil yang sederhana atau bahkan transportasi umum. Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, sudah lama menggunakan mobil Cadillac, bukan Ferrari atau Lamborghini. Bagi mereka, fungsi kendaraan lebih penting daripada tampilannya. Kalau rusak, langsung dibawa ke bengkel resmi, tanpa drama.
Orang kaya palsu lebih memilih untuk tampil mencolok di jalan. Kadang, mobilnya kredit tapi modifikasinya gila-gilaan! Spoiler besar, velg chrome, dan stiker palsu logo supercar. Bikin kepala semua orang di jalan noleh, tapi begitu ada lubang kecil, hati-hati banget, takut pelek mahalnya lecet. Dan kalau rusak? Ya bawa ke bengkel pinggir jalan deh.
Orang kaya yang sesungguhnya suka dengan diskon dan harga wajar. Mereka paham konsep 'value for money'. Bill Gates, misalnya, kabarnya suka membandingkan harga barang sebelum membelinya. Mereka nggak malu belanja di outlet, toko diskon, atau bahkan online. Malah, mereka bisa tertawa puas kalau dapat barang bagus dengan harga miring.
Nah, orang yang berusaha terlihat kaya biasanya langsung nyerbu barang terbaru, khususnya yang baru launching dan punya logo gede-gede di bajunya. Nggak ada kata diskon di kamus mereka! Mereka rela bayar mahal untuk sesuatu yang mencolok dan bisa bikin orang berpikir, "Wow, dia kaya banget!" Padahal, begitu selesai selfie, baju itu langsung dijual lagi di marketplace. Hehe...
Orang kaya asli lebih memilih destinasi yang nyaman dan sesuai minat mereka. Bisa saja mereka berlibur ke desa terpencil yang indah tapi sepi dari turis. Privasi adalah hal penting. Pemandangan dan pengalaman lebih diutamakan daripada kemewahan berlebihan. Mereka menikmati suasana dengan tenang, tanpa harus mengumbar di media sosial.
Orang kaya bohongan akan berlibur ke tempat-tempat yang lagi hits, bahkan kalau perlu harus minjem duit. Bali, Dubai, atau Maldives jadi destinasi wajib, bukan karena mereka ingin menikmati suasana, tapi lebih karena bisa foto-foto di spot Instagrammable. Tag location? Harus! Jangan lupa pakai caption, "Hidup itu perjalanan, bukan destinasi." Sok iye banget yak?
Orang kaya beneran bisa makan di restoran bintang lima, tapi juga nggak keberatan makan di warung kaki lima yang enak. Intinya, makanan enak tetap makanan enak. Mereka juga mungkin memiliki chef pribadi, tapi tidak selalu memamerkan hal ini. Makan adalah soal kenikmatan, bukan ajang pamer.