"Bagaimana mungkin?" isak sang suami yang merupakan anak dari pasangan renta itu, suaranya pecah. "Mereka... baru saja menelepon kita."
Dengan gemetar, ia memeriksa ponselnya. Di sana, panggilan tak terjawab dari nomor ayah dan ibu. Puluhan pesan menumpuk, terlewatkan dalam hiruk-pikuk persiapan liburan. Dia tertegun, memandangi pesan terakhir yang berbunyi: "Kami sudah dekat, menanti bertemu."
Rasa bersalah menghantam mereka seperti ombak yang tak terhindarkan. Masing-masing menatap layar ponsel mereka dengan perasaan hampa, berusaha memahami mengapa mereka tidak menjawab, tidak peduli pada pesan-pesan tersebut. Betapa mereka terlarut dalam kehidupan mereka sendiri, hingga lupa pada orang tua yang hanya ingin menghabiskan waktu bersama.
Sang cucu, yang sebelumnya acuh, kini merasa dadanya sesak. Ia teringat pada pesan yang dihapusnya tanpa membaca lebih lanjut. Ia tak pernah berpikir bahwa pesan itu mungkin yang terakhir dari kakek dan neneknya. Sekarang, satu-satunya hal yang tersisa adalah penyesalan.
Liburan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi duka yang tak terucap. Rencana perjalanan yang telah mereka susun hancur berserakan, tak lagi penting. Dalam diam, mereka semua merasa kehilangan yang begitu dalam. Ternyata, liburan yang mereka pikir akan menjadi momen kebahagiaan, berakhir dengan kesedihan dan penyesalan.
Di tempat lain, di sebuah dimensi yang tak terlihat, sepasang suami istri renta itu berjalan bergandengan tangan di antara pepohonan yang tumbuh subur di dalam TPU. Mereka tidak lagi merasa lelah, tidak ada lagi rasa sakit. Di depan mereka, tampak sebuah pintu cahaya yang membawa ketenangan.
"Apakah kita telah sampai?" tanya sang istri.
Sang suami tersenyum, menggenggam tangan istrinya erat. "Ya, kita sudah sampai. Liburan kita akhirnya berakhir."
Dengan langkah perlahan, mereka berdua memasuki cahaya itu, menghilang dalam kedamaian abadi.
TAMAT
"Liburan bukanlah pelarian; ini adalah kesempatan berharga untuk berhubungan kembali dengan orang-orang terkasih dan membangun hubungan pribadi yang lebih kuat." --- Boris Johnson