Malam itu, ketika cahaya rembulan enggan menampakkan diri dan kegelapan menutupi segalanya, sebuah mobil tua berderit melintasi jalan berkelok di perbukitan. Sepasang suami istri renta duduk di dalamnya, saling berpegangan tangan, merasakan gemuruh di dada yang tak kunjung reda. Mobil mereka berwarna merah marun, kini memudar termakan usia, tapi masih kokoh membawa mereka mengarungi malam.
"Apa kau yakin kita tidak tersesat?" tanya sang istri, suaranya bergetar.
Sang suami mengangguk pelan, meski di hatinya tersimpan keraguan yang sama. "Tenang saja, kita akan sampai di rumah anak-anak. Aku ingin menghabiskan waktu bersama mereka, terutama si kecil."
Kegelapan terus menyelimuti mereka, tak satu pun sinar matahari menyentuh wajah. Tiga hari berlalu, tapi pagi tak pernah datang. Mereka hanya melihat pemandangan yang sama---pohon-pohon kering, jalanan sepi, dan kabut yang menggantung tebal. Tiba-tiba, mesin mobil tersendat. Lalu berhenti. Bensin habis.
"Kita di mana ini?" tanya istrinya lagi.
Mereka melihat ke sekitar. Di depan, samar-samar, terlihat gerbang tua dengan tulisan yang hampir terhapus: Tempat Pemakaman Umum. Tanpa berkata apa-apa, mereka turun dari mobil, berjalan pelan ke dalam TPU tersebut. Langkah-langkah mereka semakin berat, seperti tertarik ke dalam kegelapan yang pekat.
Di rumah anak mereka, malam yang sama terasa sunyi. Telepon genggam berdering beberapa kali, menampilkan nama yang akrab: Bapak dan Ibu. Tapi tidak ada yang mengangkat. Sang suami tengah asyik menyiapkan koper, memeriksa ulang daftar barang bawaan untuk liburan keluarga. Di sebelahnya, istri tengah memasak, sibuk dengan wajan dan panci yang bergemeretak. Di kamar lain, cucu tenggelam dalam dunianya, bermain gim di ponsel, tanpa peduli pada suara notifikasi pesan yang masuk.
Cucu itu melirik sekilas, membaca pesan dari kakeknya: "Kami rindu kalian. Sedang dalam perjalanan, mungkin akan terlambat." Tanpa berpikir panjang, ia menghapus pesan tersebut dan kembali tenggelam dalam permainannya.
Waktu berlalu. Malam makin larut, dan panggilan itu tidak berhenti. Namun, semua orang terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri.
Keesokan paginya, sebuah berita menggemparkan menyebar di desa. Ditemukan sebuah mobil di dasar jurang, hancur tak berbentuk. Di dalamnya, sepasang tubuh renta, berpegangan tangan erat, sudah tak bernyawa. Berita itu sampai ke telinga keluarga yang semalam begitu asyik dengan rencana liburan mereka.