Film horor menjadi pilihan utama bioskop pada masa libur Lebaran 2024, mengikuti tren yang telah berlangsung sejak 2017. Kehadirannya di tengah momen berkumpul keluarga dan lonjakan pengunjung bioskop membuktikan daya tariknya yang kuat. Dengan cerita yang sering mengangkat setting desa dan tradisi sebagai sumber ketakutan, film horor dinilai efektif menghibur penonton pada saat-saat spesial ini.
Pada Lebaran tahun ini, Cinema XXI, jaringan bioskop terbesar di Indonesia, menampilkan lima film lokal. Empat di antaranya merupakan film horor, yaitu "Pemandi Jenazah", "Ronggeng Kematian", "Badarawuhi di Desa Penari", dan "Siksa Kubur". Satu lagi adalah film komedi dengan sentuhan horor, "Agak Laen", yang telah tayang sejak awal Februari.
Selain film-film lokal, ada juga dua film horor asing, yaitu "The First Omen" dan "Exhuma", serta satu film komedi asing dengan elemen horor, yaitu "Ghostbusters: Frozen Empire". Kehadiran film-film horor ini membuktikan bahwa selama libur Lebaran, penonton masih menginginkan sensasi ketegangan dan kengerian di bioskop.
Sejak 2017, film horor memang telah menjadi pilihan utama penonton selama libur Lebaran, kecuali pada tahun 2020 saat bioskop ditutup karena pandemi Covid-19. Pada tahun 2017, film "Jailangkung" berhasil meraih sukses besar dengan jumlah penonton mencapai 2,5 juta orang. Namun, pencapaian ini jauh kalah dibandingkan dengan "KKN di Desa Penari" pada Lebaran 2022 yang mampu menarik lebih dari 10 juta penonton, menjadikannya film Indonesia terlaris sepanjang masa. Lalu pada tahun 2023 Sewu Dino tercatat sebagai film terlaris dengan 4,89 juta penonton.
Mengapa film horor menjadi begitu populer saat libur Lebaran? Adrian Jonathan Pasaribu, pendiri dan pemimpin redaksi media kritik dan kajian film Cinema Poetica, menjelaskan bahwa film horor memiliki "hambatan masuk" yang rendah. Artinya, penonton dapat dengan mudah tertarik untuk menonton film horor tanpa memerlukan pengetahuan khusus tentang latar belakang cerita atau karakternya. Film horor juga memiliki fleksibilitas yang tinggi, di mana penonton dapat memahami plot dasar dalam waktu singkat dan mengantisipasi sensasi yang akan mereka dapatkan.
Adrian juga menambahkan bahwa film horor, bahkan di masa-masa sulit seperti krisis industri perfilman Indonesia pada 2010-2011 dan pandemi Covid-19, tetap menjadi andalan bioskop untuk menghasilkan keuntungan. Dengan anggaran produksi yang relatif rendah, film horor dapat menarik penonton dalam jumlah besar dan tetap menguntungkan. Dengan demikian, film horor telah menjadi fondasi penting dalam industri bioskop, terutama pada periode libur seperti Lebaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H