Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

[SuDuK] Salah Satu Kompasianer ini Akan Diangkat Menjadi ‘Orang Dalam’ Jokowi

23 Januari 2016   08:34 Diperbarui: 23 Januari 2016   08:34 1289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai akun tuyul yang mencoba konsisten serius dalam menggarap tulisan, seringkali saya merasa cukup bangga. Bangga karena saya pribadi merasa, dalam konteks dan ukuran tertentu telah cukup ‘berhasil’ menancapkan kuku yang lumayan kuat pada kanal tertentu yang ada di Kompasiana.

Tapi kebanggaan memang tak akan pernah bisa langgeng, terutama ketika banyak sosok-sosok lain yang saya temui di Kompasiana, memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi dari cuma seorang saya.

Untuk urusan tulisan super panjang, Mike Reyssent tak bosan menjejeri saya dengan postingannya yang memakan korban kopi seteko untuk membacanya itu. Walau saya pribadi mengklaim masih memiliki piagam tulisan terpanjang dengan postingan perlit (personal literasi) lebih dari 19 halaman, serta pernah secara mblaur menayangkan separuh novelette cinta dalam kanal fiksi, yang akhirnya sukses menuai komentar ‘bendera putih’ dari pembacanya karena tak sanggup membaca dalam satu tarikan napas, haha… ^_

Mengenai kedalaman filosofi karya, S. Aji dan Sarwo Prasodjo jelas kompasianer yang paling bikin risih mengingat karya buatan mereka seringkali terlalu riuh untuk dibaca hanya sambil lalu, menghasut saya untuk dengan amat terpaksa berkali-kali membaca ulang, lalu dengan mindik-mindik minta izin untuk menyimpan sebagai preparat di laboratorium menulis online yang saya asuh. Alangkah menyebalkannya! :P

Untuk genre puisi, BangDos saya prediksi kelak akan terengah-engah dikepung pegiat muda seperti Andi Wi dan Imam Muttaqin, walau memang untuk bentuk khas BangDos telah menduduki maqomnya dengan sangat mapan. Sementara genre kepenulisan sadis masih dikangkangi oleh Desol, yang kabarnya akan melakukan duet bareng salah satu kompasianers psikopat. Dan kolaborasi unik antara penulis sadis dengan pegiat fiksi psikopat jelas akan mengundang birahi siapapun yang bosan membaca karya mainstream!

Masih kurang? Jasmine menduduki fiksianers terunik sejak saya baru gabung ke K, dengan karya awal yang saya baca, jika saya tak salah ingat “Tuah Mandi Air Jenazah” dan hingga kini masih kuat mempertahankan keunikan yang dia punya. Sementara untuk fiksi liris, setelah absentnya Dewi Pagi, saya lebih suka bertapa di gua milik Andri Sipil dan Lilik Fatimah, walau memang tak semua karya mereka mencerminkan itu, karena penggalian makna serta bentuk seringkali menjebak mereka untuk lebih berhasrat menelusuri bentuk-bentuk yang ada demi menggali potensi diri, yang seringkali terasa patah namun tetap juga menghasilkan karya yang jauh lebih indah di beberapa gaya.

Tapi bukan itu yang membuat saya berani memprediksi, bahwa kelak salah satu kompasianers akan diangkat menjadi ‘orang dalam’ Jokowi!

Jika ada yang masih ingat novel saya yang khusus dibuat untuk Jokowi, yang berjudul “Dongeng untuk Jokowi The Series”, saya melihat ada banyak persamaan tokoh utamanya yang berstatus sebagai ‘Penasehat Presiden Jokowi untuk Bidang Khusus’ dengan para Elite Team Multi Disiplin Ilmu yang tergabung dalam Grup Inboxers-Gocap di K.

Silakan melempar wacana apapun yang tengah membutuhkan analisis mendalam, maka dengan antusias akan langsung disambut oleh Grup Inboxers-Gocap tersebut, dengan berbagai analisisnya yang gratis namun benar-benar tidak murahan!

Dan hal itu telah saya uji kepada salah satu mereka, yaitu ketika saya bertanya, apa atau berapa insentif yang harus saya keluarkan untuk saya bisa memperoleh ‘kajian mendalam’ mengenai tema tertentu yang biasanya saya ulas dalam karya, apa jawaban yang mereka beri?

Gratis!!! Plus penawaran tidak tak terbatas untuk saya mengeksplorasi dalam bentuk tanya sepuas saya, yang saya menduga jika semua itu dirupiahkan sebagai biaya konsultasi sesuai dengan ‘harga profesionalisme’ yang mereka punya, maka dapat menimbulkan biaya yang cukup membebani arus cashflow saya yang memang agak terbatas akhir-akhir ini.

Dan hal itu tidak hanya berlaku terhadap saya seorang, yang bisa saja karena mereka kenal dengan baik dengan saya, misalnya, hingga menimbulkan ketidak nyamanan untuk membebani tarif. Melainkan juga berlaku untuk semua, yang benar-benar amat saya syukuri buah keikhlasan mereka dalam menyumbang ilmu tanpa pamrih.

Seperti ketika ada wacana tentang cuci otak yang marak akhir-akhir ini hingga menimbulkan kasus semacam gafatar dan sejenisnya, langsung saja kupasan mendalam tentang  cuci otak berseliweran dengan amat kilau di kolom inbok. Mulai dari kupas tuntas dari sisi psikologi yang amat mendalam serta penuh cahaya sejak pemahaman dasar mengenai kelas dan atau tingkat-tingkat kesadaran yang dimiliki oleh setiap manusia, hingga mengarah kepada teknik hypnosis yang dibutuhkan dan atau mampu dilakukan dengan hasil maksimal, pada setiap tingkat kesadaran tersebut. Itupun masih bertambah pula dengan pendapat-pendapat yang bersumber dari sisi kajian politik, filsafat, humaniora, bisnis dan sebagainya: Hanya dalam respon waktu yang amat singkat!

Begitu juga ketika ada salah satu kompasianers yang mengaku telah mulai belajar ilmu gaib sejak usia sembilan tahun, yang setelahnya mulai mengeluarkan mix statement antara realita dan khayalan dengan gaya gagah namun lemah secara logika, langsung memicu Grup Inboxers-Gocap untuk membahasnya serta mengirim beberapa perwakilan untuk melindungi yang bersangkutan dari potensi hukum yang dapat menjeratnya, melalui komentar-komentar yang bertujuan menyadarkan kelemahan dari artikel yang dibuat, walau tentu saja tetap membutuhkan waktu untuk niat baik tersebut mampu dicerna oleh yang bersangkutan.

Sampai titik ini saya berani mengambil kesimpulan, bahwa kelak, salah satu dari anggota Grup Inboxers-Gocap memiliki kans yang cukup besar untuk diangkat menjadi orang dalam Jokowi. Sebab selain kualitas mereka merupakan gabungan pemikiran dari beragam disiplin ilmu serta role model kehidupan semasing anggotanya, masih ditambah lagi dengan pengayaan buah ‘pembacaan kehidupan’ yang ada di sekitar domisili mereka, yang memang secara kebetulan tersebar tak hanya di Indonesia semata, melainkan hingga jauh ke luar negeri. Dan masih bertambah bertuah ketika banyak dari anggota Grup Inboxers-Gocap tersebut yang memiliki akses luas serta koneksi yang cukup baik dengan para guru besar yang ada di K, mulai dari tokoh ahli kehidupan sekelas Ayahanda Tjiptadinata, hingga yang mengaku hanya buruh namun cadas mengulas apapun semisal Bambang Setyawan, serta Felix Tani yang rajin meluruskan apapun yang dirasa bengkok pekak-pekok.

Anda kenal Gasa? Yang kabarnya ‘Ustadz Pikais’ namun gemar melempar wacana otokritik yang kerap membuat kuping merah serta mata buram itu? Atau Ninoy Karundeang yang dahulu kerap manunggal dengan Ki Sabdo Pandito? Atau Mike Reyssent si ibu rumah tangga yang tak jadi disomasi SD? Atau Pebrianov Si Profesor Picisan yang amat pemalu? Mbah Mupeang yang menyembunyikan kecerdasannya di balik bidak-bidak catur? YosMo, Hery Syofyan dan Achmad Suwefi yang namanya tak asing dalam jagat bola dan olah raga? Naftalia Si Cantik Bernalar tajam yang asyik-masyuk dalam pertapaan ranah pendidikan tingkat tingginya? Jati yang hingga detik ini artikelnya masih saja konsisten tak pernah mendapat nilai apapun dari admin K kanal manapun? Biken? Anhus? Cyrus? Ariyani Na? Robbi? Suyono Apol? Aldy M Arifin? Reza Fadly Zontor? Michael Sendow? Juga Elde dengan ‘pasangan abadinya’ yang pernah melenda di K?

Merekalah sebagian anggota Grup Inboxers-Gocap, termasuk juga beberapa punggawa dan atau mantan punggawa Kompasiana, dengan sebagian anggota lagi yang jarang berperan aktif namun cukup antusias mengintip apapun wacana yang tengah digelontorkan ke dalam forum.

Atau anda kenal Bay Si Pemimpin Bayangan?

Jika nama yang terakhir itu tentu saja saya sendiri, yang wajib numpang narsis di artikel ini sebab semua paham bahwa untuk membuat artikel yang agak serius tentu saja membutuhkan banyak prasyarat serta ketentuan, yang amat sayang jika tak turut eksis di dalamnya. Tentu saja serius versi saya sendiri, yang bisa berbeda dengan pemahaman pembaca yang lainnya…^_

Dan demi ikutan narsis itu pulalah saya tutup artikel ini dengan petikan komentar kesukaan saya, yang pernah saya peroleh dari sahabat maya yang tak pernah saya kenal namun selalu hadir dalam sudut hati terdalam saya, walaupun kini kami tak sejalan sebab hidupnya yang kini dikelilingi model-model cantik nan menggiurkan, sangat merisaukan mata dan bathin saya untuk menikmati beragam foto yang beliau tebar di ruang maya, yang saya akui amat artistik sekaligus membuat nafsu mengejang liar, hingga menghasut saya untuk dengan amat terpaksa ‘wajib’ membuat jeda dengan beliau, demi menyelamatkan kobaran api birahi saya sendiri, haha…^_

 

"Pemimpin Bayangan", what a great name.

Fakta pertama : Jika bayangan terdapat di belakang, maka pastilah itu karena di depanmu terdapat sinar.

Aku melihat...

Kamu berdiri dan segala bayangan itu berada di belakangmu. Bayangan yang bisa berarti masa lalu, kenangan, energi negatif. Dan itu semua kamu yang pimpin.

Tak ada satupun bayangan yang berada di depanmu.

Great, just great.

"Menjengkelkan kebenarannya"

U make me smile brad. ^^

So many thanks.

 

Semoga harimu menyenangkan.

kianlah pandai penuh keajaiban.

 

Sebuah komen ajaib yang mirip puisi, yang pernah membuat saya tercenung cukup panjang sambil menelusur ulang begitu banyak jejak yang pernah saya napak tilasi dengan amat tak umum itu.

 

Saya adalah Bay. Dan inilah [SuDuK] versi saya, yang bangga pernah menjadi bagian dari begitu banyak sosok-sosok hebat yang ada di Kompasiana. Walau di hadapan mereka semua, saya tak lebih cuma si bebal yang tak kunjung pintar…

 

Ahmad Maulana S.

(Pernah mengelola akun Pemimpin Bayangan, yang berakhir dibreidel entah oleh siapa dan entah karena apa).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun