Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Motivasi-Bisnis Buatan TKI Berpendidikan Rendah Ini Membuat Saya Menangis

19 Januari 2016   05:04 Diperbarui: 19 Januari 2016   07:25 3178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah meluncurkan novel biografi berjudul “Sejuta Mimpi” hari Minggu kemarin di Minggu 17 Januari 2016, bertempat di Boguan Parka, Taichung-Taiwan, TKI/BMI ini kembali mencolek saya untuk membantunya membuat buku kedua.

Kali ini bergenre motivasi-bisnis, sebuah pilihan genre yang agak aneh mengingat latar belakang pendidikannya yang ‘hanya seadanya’, memaksa saya untuk melempar wacananya terlebih dahulu ke forum “Grup Inboks K-Gocap” untuk diuji kepantasannya. Sebab untuk genre yang agak sensitif ini saya memang butuh opini pendukung dari rekan-rekan ajaib grup inboks yang berlatar multidisiplin ilmu, mulai dari praktisi dosen PTN/S, petinggi departemen kehutanan, psikolog, penulis, filsuf, BMI hingga ibu rumah tangga biasa yang cadas mengulas tema apapun.

Hasilnya? Buku motivasi-bisnis tersebut sukses membuat saya menangis bahkan sejak masih menjadi naskah. Langsung nyemplung ke kisahnya, Kawan…^_

Tanya jawab tersebut berlangsung cukup panjang serta amat serius untuk ukuran percakapan jam 03.00 dinihari, hingga setelah beberapa pihak memberi masukan lengkap sebagai dukungan, saya beranikan untuk mengulas beberapa isi buku motivasi-bisnis besutan Mellyzza Sansan dan Erly tersebut dalam artikel ini.

 

Bisnis Terbaik #1: Bisnis Tanpa Modal dan Langsung Untung Bahkan Sebelum Dimulai.

Bisnis tanpa modal?

Sudah untung sebelum dimulai?

Membaca bab awal buku ini sempat membuat saya terheran-heran. Bagaimana mungkin penulis yang hanya orang super biasa ini, dapat memetakan kemampuan berpikirnya dengan amat canggih?

Ingatan saya berjalan mundur beberapa tahun ke belakang saat usia saya masih dua puluhan tahun, karena saya pribadi memang pernah menguji coba keajaiban kaidah bisnis pertama ini, dengan cara menyewa sebuah ruangan untuk dijadikan lembaga kursus seharga 3,5 juta per tahun.

Satu bulan sebelum pembukaan lembaga kursus tersebut, saya berhasil menjalin kerjasama dengan beberapa institusi pendidikan yang ada di sekitar lokasi, hingga menghasilkan peserta kursus sebanyak 100 siswa dengan biaya belajar sebesar @ Rp. 500. 000, -/siswa dibayar dimuka pada saat pendaftaran.

Apa arti dari semuanya itu?

Artinya hanya satu, yaitu saya telah memperoleh pengembalian modal awal bisnis plus keuntungan sebesar empat puluh juta rupiah, sejak Hari Pertama bisnis dijalankan!

Lantas bagaimana kaidah bisnis pertama ini dapat dilakukan oleh penulis, yang notabene hanya seorang TKI?

Siapa sangka ternyata jauh lebih unggul dari yang pernah saya lakukan dulu!

Mellyzza Sansan Si BMI tersebut bahkan hanya menjual gambar semata, yang setelahnya pendapatan sekian digit langsung dia peroleh secara rutin setiap bulan. Sebuah angka yang amat menakjubkan, terutama jika mengingat bahkan manajer kelas menengah kota besarpun harus berpayah-payah menghabiskan waktu dengan amat serius sepanjang hari, yang kadang hanya memperoleh gaji antara 3-7 juta/bulan.

Benar-benar sebuah keadaan yang amat membuat miris orang-orang pintar negeri ini, karena Mellyzza Sansan Si TKI biasa tersebut, bahkan memperoleh pendapatan besar itu hanya dengan melakukan kegiatan sambilan. Memposting gambar produk yang ingin dijual pada Toko Online Melly Ollshop miliknya, yang lalu setelah peminatnya mentransfer pembayaran harganya barulah barang tersebut dikirim ke tempat si pembeli.

Cuma sesederhana itu, dan nyaris tanpa modal uang sama sekali. Membuat saya berpikir, “Alangkah hinanya saya!!!” yang walaupun berpendidikan rendah namun dapat dikatakan sebagai penggila seminar gratis tingkat akut mulai dari seminar pernikahan hingga pelatihan kewira usahaan: TETAP SAJA KALAH CERDAS dari Mellyzza ini. Alangkah memalukannya saya, hiks…

 

Bisnis Terbaik #2: Ketika Seorang BMI Memaknai Tentang Leverage Secara Amat Sederhana.

Pada kaidah bisnis kedua ini Mellyzza kembali mengeplak waham diri saya yang kerapkali merasa hebat.

Betapa tidak? Bahkan Mellyzza kali ini menjelaskan tentang leverage tidak hanya dalam tataran teori belaka, melainkan juga dalam konteks praktek usaha, dengan cara yang paling sederhana namun siapa sangka begitu menggiurkan hasil akhirnya.

Pada kaidah bisnis kedua ini Mellyzza menampar saya dengan contoh bisnis budidaya ikan lelenya.

Alih-alih melakukan bisnis pembesaran lele yang padat modal serta butuh waktu tersingkat hingga sekitar 2 atau 3 bulan hingga masa panen, Mellyzza mengajarkan untuk lebih serius melakukan “Berpikir diluar kebiasaan”, yaitu dengan lebih menekuni bisnis pembesaran lele gelasan (benih lele berukuran 2-3 senti meter-Red), yang sepuluh hari kemudian dijual dengan selisih harga yang sekilas baca tak terlalu menggiurkan.

Tapi benarkah tak menggiurkan? Mari kita cermati bersama tanpa tergesa-gesa.

Jika benih lele dibeli seharga 60 rupiah per ekor, dan dijual seharga 100 rupiah per ekor, maka dengan mudah kita dapat mengetahui keuntungan yang diperoleh, yaitu sebesar 40 rupiah per ekor.

Pada titik inilah leverage bermain, hingga keuntungan super kecil yang hanya 40 rupiah per ekor tersebut, seketika berubah super besar ketika kita kalikan, misalnya dengan jumlah 25 ribu ekor benih yang ada dalam sebuah kolam terpal berukuran tanggung.

Tak kurang dari satu juta rupiah dihasilkan, hanya dari sebuah kolam terpal, yang jika dipotong biaya operasional sebesar 25 % maka laba sebesar 750 ribu akan langsung diperoleh: HANYA DALAM WAKTU 10 HARI.

Masih terlihat kecil? Sila kau kalikan jumlah kolam terpalmu sebanyak 10 buah, maka keuntungan sejumlah 7,5 juta siap masuk ke dalam dompetmu dengan amat syedap.

Atau jika memang mau serta mampu, kembali tinggal kalikan jumlah kolam terpal sebanyak 100 buah, hingga pendapatanmu per 10 hari kini menjadi 75 juta rupiah.

75 juta.

Per 10 hari.

Itu artinya 225 juta perbulan.

Sebuah angka yang cukup “Wuih…!” untuk dijadikan mimpi masa kemudian…^_

Serta beberapa bahasan lagi dalam buku motivasi-bisnis ini, yang semuanya berbentuk studi kasus bisnis sederhana nan mudah diterapkan, seperti ketika Mellyzza memberikan kiat praktis menghilangkan inefektivitas pegiat peternakan ayam potong, hingga laba mereka yang biasanya hanya tiga ribu rupiah per ekor melonjak drastis menjadi 5 kali lipatnya.

Dan itu berarti pula bahwa para pegiat ayam potong yang biasanya ‘hanya’ memperoleh laba sebesar 30 juta dari kandangnya yang berisi 10. 000 ekor ayam itu, kelak dapat memperoleh pendapatan sebesar 150 juta: Dari kandang yang sama, dan dengan jumlah ayam peliharaan yang sama pula.

Apakah semua yanga dijelaskan dalam buku motivasi-bisnis ini telah dipraktekan oleh Mellyzza sebagai penulisnya?

Saya menduga belum semuanya. Mungkin baru sebagian saja yang benar-benar telah dia praktekan bersama Erly sebagai rekan bisnis sekaligus partner penulisan buku ini, sementara sebagian yang lainnya tengah dia persiapkan untuk dipraktekan dengan lebih matang di wilayah tertentu sepulangnya dari Taiwan.

Tapi walaupun misalnya Mellyzza belum pernah mempraktekan satupun dari bisnis yang dibedah dalam buku motivasi ini, saya pikir tetap tak akan mengurangi nilai buku ini yang memang amat bagus. Terutama amat bagus untuk mendorong kita semua untuk lebih kreatif ‘MENCARI JALAN MENJEMPUT IMPIAN’, dengan cara paling singkat yang kita mampu, dengan cara bersandar pada ide-ide besar namun sederhana yang ada dalam buku ini, lalu melakukan penyesuaian di sana-sini hingga kemudian mampu untuk kita praktekan, sesuai dengan basis utama ketrampilan yang kita miliki. Cuma sesederhana itu…^_

Tapi bukan itu yang membuat saya menangis membaca buku ini. Melainkan karena ada sepenggal kisah di dalamnya, yang… mengingatkan betapa amat memalukannya saya sebagai manusia.

Dalam sebuah percakapan inbok yang apa-adanya, Mellyzza mengirim beberapa gambar dan menulis sebagai berikut:

Lha? Jika kita kerja capek bukan untuk uang, lalu untuk apa? Dengan uang kita bisa melalukan banyak kebaikan untuk orang lain.

Kakak tahu? Setiap kali makan saya sisihkan sebagian untuk mereka.

Saya selalu ingat mereka. Saya makan enak mereka belum tentu makan kenyang.

Saya belum pernah bertemu langsung dengan mereka, tapi hati saya ada pada mereka.

Jujur, saya mata duitan. Apapun jika tak ada hasilnya saya tak mau.

Tapi saya punya alasan. Dengan uang saya bisa membuat mereka tersenyum, karena sebatas itu yang saat ini saya mampu

Saat hutang 155 ribu NT (setara dengan 60-80 juta rupiah-Red) harus saya tanggung, tak ada siapapun yang menjadi penguat saya. Saya hanya bisa bercermin dari mereka. Bahwa semakin saya bersedekah, niscaya semakin banyak pula rejeki yang saya terima.

Ayah-ibu saya bisa makan, adik bisa sekolah dan saya mampu memberinya hal yang dia inginkan. Dan sampai saat ini saya masih diberi nafas dan kehidupanpun telah saya anggap cukup. Saya tidak tahu dan saya tidak akan pusing atas diri saya.

Entah mengapa, foto-foto tersebut langsung membuat mata saya memburam tiba-tiba. Terharu. Karena ternyata masih ada yang berlelah-lelah memikirkan orang susah. Padahal para pemimpin negeri ini belum tentu memikirkan mereka.

 

Saya mudah terharu jika sudah membicarakan tentang mereka, orang-orang kecil itu.

Saya ingat diri saya sendiri.

Ingat teman-teman saya yang tidur di atas kardus.

Di tanah kosong.

Di rel kereta.

Karena dari tempat kumuh itulah asal saya

 

Dan saya terus ingat

Teman yang mati jatuh dari atap gudang saat membobol gudang itu

Padahal, waktu saya tembus dan bisa kuliah di UI, di salah satu universitas yang katanya pernah menjadi kampus nomor satu di Indonesia... mereka ikut bahagia. Mereka ikut nyumbang dana buat saya kuliah. Tapi...

 

Akhirnya saya tinggalkan kampus UI

Dan serius belajar bisnis, secara otodidak, belajar sendiri

Hingga saya berdarah-darah dan bolak-balik kalah dan menjadi bulan-bulanan kebohongan orang

Hingga akhirnya teman-teman saya yang bukan dari kalangan kumuh nyinyir menyindir tentang saya

Sebagai babi rakus berbadan kurus

Karena terus sibuk cari duit

Mengejek saya super ambisius dan uang-uang-uang terus

Seringkali saya hanya tersenyum, dan menanggapi mereka cuma dengan diam

Karena saya paham, mereka yang berkata itu

Adalah orang-orang yang sejak melek mata telah banyak tersedia makanan di meja mereka

Tak perlu pusing memikirkan tentang uang karena bapak moyangnya punya pabrik mie ayam, karena orang tuanya kerja di Hotel Anu-Bank Anu dan sebagainya

Dan mereka tak tau juga mungkin tak mau tahu seperti apa hidup orang susah itu

Orang kere...

Yang ketika orang-orang hanya memberi uang  atau indomie alakadarnya ke rakyat kere itu

Saya pernah habis-habisan berusaha untuk membela mereka

Tak punya rumah saya coba bikin semacam rumah susun

Tak memiliki tempat dagang saya coba ambil alih salah satu pasar daerah

Walau takdir berkata lain, karena baru saja semua mulai terlaksana

Ketika sebuah badai besar menghantam, dan langsung menyulap hidup saya hingga hanya menjadi sekelas remah roti.

 

Saya mengecewakan ratusan orang-orang miskin itu

Yang telah sempat mempercayakan hidupnya untuk saya tolong

Dan itu terus terbawa dalam setiap hari yang saya lalui

Membuat saya tetap kukuh untuk terus belajar apapun tentang bisnis dan usaha sesusah apapun hidup saya, agar kelak

Barangkali ada yang mempraktekannya

Atau setidaknya membacanya

Lewat catatan-catatan yang pernah saya buat

Sambil berharap kelak akan ada penerus yang lain

Yang memperjuangkan rakyat kecil sekuat tenaga

Tanpa mereka sendiri harus menjadi gubernur atau orang berpangkat

Juga tanpa harus mereka sendiri menjadi susah dan terbebani akibat menolong

Karena menjadi kaya itu penting

Agar si kaya yang sekarang ini bisa mencontoh

Bahwa orang kaya itu tugasnya mengurus dan menolong orang miskin

Dan bukannya memperbudak dan mempersulit orang susah

 

Saya kalah oleh nasib, dan mengecewakan mereka semua

Kalah oleh kehidupan

Karena waktu itu saya masih amat bodoh

Masih amat lugu

Dan amat mudah mempercayai orang

Bahkan sampai sekarang

Saya masih juga tak kapok-kapoknya gampang percaya orang

 

Melalui artikel ini saya hanya berharap, semoga buku motivasi-bisnis buatan Mellyzza dapat tersebar dengan lebih luas. Bukan semata karena isinya yang luar biasa, melainkan juga karena tawaran kesederhanaan dalam mempraktekannya, sehingga harusnya setiap pribadi yang ingin memperoleh nilai lebih, akan dapat mengaplikasikannya setahap demi setahap dengan amat mudah.

 

Bacalah, lalu menjadi kayalah, atau kau hanya akan menjadi seperti saya

Yang hanya bisa memendam pedih saat melihat kemiskinan yang ada di sekitar

Tanpa bisa berbuat hal-hal besar, yang mampu sedikit mengurangi beban mereka…

T_T

 

Ahmad Maulana S,

(Pecundang Terhebat yang Sempat Terekam oleh Sejarah).

 

ThornVille-Kompasiana, 19 Januari 2016.

*Terima Kasih untuk seluruh rekan yang ada dalam forum “Group Inboks K-Gocap” atas saran, masukan serta dukungan yang telah diberikan kepada kami…^_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun