Sebuah angka yang cukup “Wuih…!” untuk dijadikan mimpi masa kemudian…^_
Serta beberapa bahasan lagi dalam buku motivasi-bisnis ini, yang semuanya berbentuk studi kasus bisnis sederhana nan mudah diterapkan, seperti ketika Mellyzza memberikan kiat praktis menghilangkan inefektivitas pegiat peternakan ayam potong, hingga laba mereka yang biasanya hanya tiga ribu rupiah per ekor melonjak drastis menjadi 5 kali lipatnya.
Dan itu berarti pula bahwa para pegiat ayam potong yang biasanya ‘hanya’ memperoleh laba sebesar 30 juta dari kandangnya yang berisi 10. 000 ekor ayam itu, kelak dapat memperoleh pendapatan sebesar 150 juta: Dari kandang yang sama, dan dengan jumlah ayam peliharaan yang sama pula.
Apakah semua yanga dijelaskan dalam buku motivasi-bisnis ini telah dipraktekan oleh Mellyzza sebagai penulisnya?
Saya menduga belum semuanya. Mungkin baru sebagian saja yang benar-benar telah dia praktekan bersama Erly sebagai rekan bisnis sekaligus partner penulisan buku ini, sementara sebagian yang lainnya tengah dia persiapkan untuk dipraktekan dengan lebih matang di wilayah tertentu sepulangnya dari Taiwan.
Tapi walaupun misalnya Mellyzza belum pernah mempraktekan satupun dari bisnis yang dibedah dalam buku motivasi ini, saya pikir tetap tak akan mengurangi nilai buku ini yang memang amat bagus. Terutama amat bagus untuk mendorong kita semua untuk lebih kreatif ‘MENCARI JALAN MENJEMPUT IMPIAN’, dengan cara paling singkat yang kita mampu, dengan cara bersandar pada ide-ide besar namun sederhana yang ada dalam buku ini, lalu melakukan penyesuaian di sana-sini hingga kemudian mampu untuk kita praktekan, sesuai dengan basis utama ketrampilan yang kita miliki. Cuma sesederhana itu…^_
Tapi bukan itu yang membuat saya menangis membaca buku ini. Melainkan karena ada sepenggal kisah di dalamnya, yang… mengingatkan betapa amat memalukannya saya sebagai manusia.
Dalam sebuah percakapan inbok yang apa-adanya, Mellyzza mengirim beberapa gambar dan menulis sebagai berikut:
Kakak tahu? Setiap kali makan saya sisihkan sebagian untuk mereka.
Saya selalu ingat mereka. Saya makan enak mereka belum tentu makan kenyang.