Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Masukan untuk Kang Pepih dan Pak Edi Taslim tentang Perekrutan Admin Baru

13 Desember 2015   23:34 Diperbarui: 14 Desember 2015   00:49 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi untuk dua kalimat yang sebelumnya? Dengan kecepatan cahaya ‘kandidat terbaik’ saya yang tadi langsung raib secara ghaib. Boro-boro Diploma degree atau Open for fresh graduates, bahkan ijazah setingkat TK saja saya tak punya alias secara administratif pemerintahan: Tidak pernah sekolah sama sekali…^_

Memang ada saja ‘kejadian luar biasa’ seperti artikel Pak Dian Kelana yang berjudul Mereka Butuh Keterampilanku, Bukan Ijazahku . Tapi sepertinya untuk Raksasa Penerbitan Kompas Grup saya pikir agak sulit terjadi, membuat saya dengan berat hati melepas keinginan untuk menjadi Admin Kanal fiksi (lengkap dengan paket bully-an dari K’ers yang biasa diperoleh… :P ).

Tapi walaupun kandas, jika diperkenankan saya ingin memberi masukan kepada Kang Pepih Nugraha dan Pak Edi Taslim, tentang kriteria admin baru kanal fiksi yang akan direkrut, yaitu:

Pertama, saya (dan barangkali juga rekan fiksianers) berharap agar admin yang baru direkrut kelak tak sekedar mengkurasi karya fiksianers untuk dipilah mana yang ‘layak’ Highlight dan HL semata, melainkan juga memberi sedikit ‘sedekah ilmu fiksi’ pada kolom komentar postingan karya buatan fiksianers, baik itu tentang kelebihan yang dimiliki maupun kekurangannya, agar masing-masing fiksianers kemudian mendapat manfaat tak sedikit untuk perkembangan karya yang dihasilkan selanjutnya.

Tak perlu mengulas panjang lebar. Cukup satu paragraf pendek saja hingga tak memberatkan. Atau jika memang masih merepotkan –misalnya karena kemudian jumlah pegiat fiksi di Kompasiana bertambah efek kegiatan ini- bisa saja tak perlu dalam bentuk komentar ‘pada setiap postingan fiksianers’, melainkan misalnya membuat artikel garis besar tentang kekurangan dan kelebihan karya fiksianers ‘minggu ini’ atau ‘bulan ini’, seperti yang pernah dibuat oleh admin Kompasiana pada tulisan Inilah 11 Tulisan Fiksi Pilihan "Aku Punya Impian" ini.

Karena setahu saya berdasarkan penafsiran kalimat admin sebagai kurator pada link ini, yang saya dapat dari postingan Mas Aldy M Arifin, definisi kurator sendiri cukup menjelaskan fungsi admin yang sebenarnya, yang saya pikir jauh lebih bijak jika diposisikan sebagai pengayom dan penyemangat ketimbang hanya menjadi ‘hakim penilai karya’ seperti yang selama ini dijalankan…^_

Kedua, mengenai kriteria karya fiksi ‘Pilihan’ dan ‘HL’, saya berharap agar admin yang baru direkrut kelak, memiliki acuan yang lebih ‘memberi efek mencerdaskan’ penggarapan kisahnya, walau tentu saja dengan tetap memperhatikan ‘ide’ sebagai acuan utama. Misalnya dengan mengutif beberapa kriteria berikut yang pernah saya petik dari para pemabuk sastra seperti Joni Aryadinata, Edi Ah Iyubeni dan Kian Santang pada artikel saya yang sebelumnya:

 

- Memiliki karakter estetik.
- Berbeda dengan gaya tulis sastra/fiksi yang telah mainstream.
- mencerminkan eksplorasi dan eksperimentasi gaya bahasa, gaya cerita, dan gaya estetik penulisnya.

 

Tak harus sama persis atau bersifat kaku pyur-mutlak seperti itu. Tapi setidaknya kita semua kemudian akan menjadi banyak belajar dari karya-karya ‘pilihan’ maupun ‘HL’ yang ada, karena jika kecenderungan yang lama terus dilakukan, saya pribadi agak khawatir kelak kanal fiksiana hanya akan menjadi ajang pembuatan karya bergenre ‘curhat’ dan atau lebih parah lagi: Tak jauh berbeda dengan ‘teks pidato’ yang amat membosankan buah beban amanat kisahnya, yang kadang saya sendiripun terjebak melakukan keduanya…^_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun