Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fiksi Penggemar RTC] Nasionalisme Bakpia Rasa Orek Tempe

10 September 2015   23:56 Diperbarui: 13 September 2015   10:17 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nomor 26: Ahmad Maulana S.

(Sambungan dari kisah sebelumnya di link judul yang ini: Geger di Tanjung Priuk: Siapa Penjahat yang Sebenarnya? Bagi kompasianer yang namanya dipakai sebagai tokoh pendekar, mohon pemaklumannya karena postingan tersebut murni hanya sebagai hiburan...^_)

 

Tersuruk-suruk Dayat mengikuti langkah sakti sosok sengak berhidung gondrong yang kini menggandengnya. Matanya perih, hidung berair, dengan tamparan angin yang luar biasa keras efek gerak mereka berdua yang supersonic.

“Tarik nafasmu pelan-pelan, putar sejenak di rongga antara perut dan diafragma, endapkan sejenak, lalu hembus kembali secara zig-zag,” bisik sosok sengak yang menggandengnya itu.

Dayat mengikuti instruksi itu dengan cepat. Satu kali. Dua kali. Tetap tak ada perubahan yang berarti. Baru pada kali yang ke sembilan belas cara tersebut mulai membuahkan hasil. Ada hawa hangat yang menggumpal dalam perutnya, melonjak-lonjak dan perlahan menjalar adil ke seluruh tubuh.

Seperti tiba-tiba saja Dayat tak lagi merasakan siksaan kecepatan. Matanya dapat terbuka secara normal. Begitu juga semua pori di wajahnya, tak lagi sakit seperti sebelumnya. Hanya saja ia masih merasa ngeri melihat pohon dan bangunan yang melaju amat cepat di kiri kanan jalan yang mereka lalui.

“Sudah merasa lebih baik?” tanya sosok di sebelahnya.

Dayat mengangguk, berbalas senyum tipis dari sosok yang menggandengnya.

Entah berapa lama Dayat menjalankan olah pernapasan seperti yang diajarkan tadi, ketika tiba-tiba ia merasa ada guncangan keras menerpa tubuhnya. Ulu hatinya terasa agak nyeri, dengan beberapa rasa kebas yang mendampar di bahu sebelah kiri.

“Tahan sebentar, ada serangan susulan dari arah jam 10,” bisik sosok sengak sambil melambung tinggi ke sudut Timur Laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun