masih seperti percik embun di puncak pucuk daun ubi yang sama
masih dengan malam yang serupa dulu juga
masih dengan rasa yang pernah terukir ditulang terpahat dijantung
kelak, suatu hari nanti, ku kan datang
Â
menyelipkan sekuntum haru di sela lembut rambutmu
menggoreskan seketip cinta
yang cuma kupunya
di puncak kecup keningmu
Â
menggandengmu, dan bersama kita seka sepi yang ada
dengan sunyi yang syahdu
dengan hening yang merdu
menyisakan detak yang terus berdegup
dalam derap yang tak ingin lindap
Â
dan akan kukatakan: Insya Allah aku telah siap kini
walau untuk sekedar memulai segala persiapan hingga siap
walau tak akan pernah ada sesuatu yang benar-benar siap
walau dengan entah berapa ribu walau hanya demi sebuah siap