Selain sebagai mitra sejati saat merefleksi diri, menyesap kopi siapa sangka dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan sensasi yang langsung menjadi tak sekedar begitu saja. Langsung seruput ke cara yang pertama, Sob…^_
Naik gunung atau ngebekpeker seringkali cukup ampuh mendongkrak sensasi hingga ke titik yang paling maksi dalam meneguk secangkir kopi. Caranya sederhana. cukup mencari lokasi yang agak tinggi atau bebas pandangan, setelah itu hisap kopi dalam-dalam lalu teguk dengan gerakan peristaltik yang amat slow motion, niscaya akan kita dapati sensasi minum kopi layaknya karakter film eksyen yang baru saja usai menaklukan dunia namun urung memenangkan cinta.
Sensasi ini akan terasa lebih dramatis lagi jika ditambah dengan keruhnya pikiran buah pertikaian perasaan dengan orang-orang tersayang, misalnya, atau baru saja berhantam paham dengan keluarga, ditolak anak dara tetangga, salah memilih mertua serta alasan lainnya yang berbeda-beda tetapi tetap satu tema.
#2. Cara (Atap) Rumahan
Jika ngebekpeker dan naik gunung bukan pilihan yang mudah di tengah gejolak dompet akhir bulan serta kesibukan memburu slip gaji, tak perlu putus asa, karena sedikit kreativitas memanjat genteng rumah cukuplah sebagai alternatif yang tak kalah nuansa rasanya.
Duduk mencangklong di pusat wuwungan sambil menyesap kelembutan rasa dan aroma kopi, dengan sedikit merem-melek refleksi penghayatan kenikmatannya. Mungkin sesekali melempar pandang ke langit malam sambil berfilosofi, benarkah di seluruh galaksi hanya kita yang meneguk kopi –sambil ongkang-ongkang di atas genteng- atau justru pada saat yang sama di planet entah mana, milyaran alien justru tengah hot-hot nya merayakan ‘Pesta Pertukaran Kopi Antar Bintang’ sambil memperbincangkan tentang perlunya sedikit mengebiri teknologi demi hubungan yang lebih berarti yang melibatkan penggunaan hati.
Hanya saja di beberapa kota seperti Jakarta, sensasi cara ini akan sering terganggu rasa was-was gelas kopi kesenggol kucing, menghasut kita untuk bercuriga ria benarkah kucing hewan darat, dan bukannya hewan genteng?
#3. Cara Pinggir Kali
Bagi yang memiliki setrip keberanian agak berlebih, memancing ikan malam-malam menelusuri tepian kali nan gelap, rimbun serta penuh nyamuk di pedesaan adalah ‘pelepasan’ jenis yang berbeda dengan ‘pelepasan’ di toilet. Duduk malam-malam, menyesap dalam-dalam. Sesekali menyendal joran yang mengejut buah kail yang tertawan di bibir ikan, untuk kemudian setelah memasang ulang umpan dan melontarkannya ke sungai, kembali duduk dan kembali menyeruput kopi dengan sepenuh perasaan.
Yang perlu diwaspadai dari cara ini mungkin cuma satu, yaitu ketika –tahu-tahu- ada suara yang berkata, “Mas, mas, minta kopinya, dong,” tapi pada saat kita tengok tak ada penampakan apapun selain kegelapan serta sebuah cangkir yang melayang sendirian. Wuih!
Secangkir Kopi tentang Minum Kopi, Kompasiana-2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H