Banyak cara untuk menjadi The Best Damn Thing. Beberapa di antaranya hanya perlu menggunakan jari dan sedikit kata-kata, yang ada baiknya kita ingat ulang agar terhindar dari melakukannya.
#
“Lo yang salah...!!!” ucap Bay menunjuk kuman di seberang lautan, sambil diam-diam berharap dengan cara itu gajah di pelupuk mata jadi tak kentara, menghasut dan menjebak Bay untuk berbicara tentang adab, etika dan kesopanan... sambil telanjang.
#
“Sampolu bademu tenaku melar...!” yang langsung saja membuat Bay ‘penyak-penyok’ di kepruk lima orang –dengan bambu di salah satu mereka- beberapa waktu yang lalu saat Bay singgah di pinggir Jakarta.
Ketika parang dan golok mulai berdatangan, saat itulah yang paling tepat untuk mengakhiri ‘olahraga fisik’ yang tak pernah melibatkan pihak asuransi tersebut.
Jantankah...? Barangkali sudah saatnya menyelesaikan semua masalah dengan cara yang lebih betina.
#
“Ssstt...! Saat lo belom lahir, gue udeh mahir...” bungkam Bay dengan gaya sengak, tak peduli meski kenyataan berulang kali membuktikan bahwa ada duluan bukan jaminan untuk menjadi yang terdepan. Terutama saat ada yang dimaksud tak banyak berbeda dengan tiadanya, yang semakin diperparah lagi dengan keberadaan yang cuma seperti antara ada dan tiada. Hadir, hanya untuk sekedar mondar-mandir memasung pikir dengan satir tanpa akhir, sambil sesekali bersikap nyinyir seakan semua yang zahir tak lebih hanya takdir yang getir.
#
“Hidung Lo terlalu panjang, Bay...” menjadikan Bay terus saja membaui segala macam urusan yang tak mesti menjadi beban dan tanggung jawabnya. Menyangga dunia dengan pundak rapuhnya, tanpa sedikitpun ingat dengan dunianya sendiri yang kian kusam dan pecah-pecah.