"Benar-benar pasangan yang 'sangat berbeda'," ucap Ben sambil menyimpulkan betapa mereka terlihat lebih mirip anak sekolah yang tengah mengerjakan tugas atau diskusi kelompok ketimbang sebagai suami -istri.
Beberapa bulan setelah itu, Sa dan Yang menerbitkan novel teenlit Islami pertama mereka. Tahukah kau apa judulnya...? 'Love in Dumay'. Ada-ada saja...
Banyak tahun setelahnya Ben tidak pernah lagi berinteraksi dengan mereka. Hanya saja dari jejaring dan rantai sosial Ben yang masih tersisa, Ben masih suka mendengar kabar tentang mereka. Dan kabar terakhir yang mampir ke telinga Ben adalah, bahwa mereka, telah membangun kembali sebuah kompleks pendidikan terpadu, lengkap dengan lab alam serta beberapa unit bisnis distrik sebagai satelit pendukungnya.
Oh, ya. Masih ada satu kabar lagi. Mereka kini telah memiliki seorang putra yang duduk di kelas 1 SD. Walau sayangnya bocah tersebut tidak pernah terdaftar sebagai juara pada aneka lomba dan olimpiade seperti yang dulu Sa inginkan, namun si bocah rupa-rupanya tak mau kalah dengan ortunya. Bocah kecil itu kabarnya tengah sibuk mempersiapkan sebuah novel petualangan anak, dengan setting bahasa dan budaya yang berpindah-pindah antara Inggris dan Korea, setelah sebelumnya berhasil membuat komik jepang best seller bersama guru seninya.
Dan tahukah kau seperti apa tampang bocah itu? Mmmh... Lumayan tampan, dengan garis wajah yang amat jelas menunjukkan sifat cuek, angkuh, walau tetap memiliki mata yang hangat dan bersahabat.
Ada status terakhir yang mereka posting dalam fb Ben, yang entah mengapa terus saja terformat sangat erat di memori otak Ben, beberapa saat sebelum mereka merried dengan sangat khidmat.
"Sa ingin menemani Yang meniti jalan menuju cahaya..." tulis Sa, berbarengan dengan postingan Yang yang ini, "Yang mo bersama Sa menjadi manusia, yang terus hidup di jalan-Nya, dan selalu menghidupkan jalan-Nya..."
What a beautiful life! Alangkah indahnya! Sementara Ben? Entah mengapa Ben masih saja menghabiskan hidup dengan terus berlari.
Â
berlari
tak peduli,