Mohon tunggu...
Ahmad Kindi
Ahmad Kindi Mohon Tunggu... -

Master of Writing Revolution System

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Revolusi dengan Sepucuk Surat

29 Maret 2013   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:02 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyala revolusi saat ini sedang membakar dunia arab, dimana nyalanya ikut menghangatkan hingga ke seluruh kawasan dunia, baik timur sendiri hingga barat. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk memicu terjadinya revolusi yang terkadang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dan yang akan kita bahas di sini adalah cara yang pernah dilakukan oleh seorang ulama, yaitu dengan menulis sepucuk surat.

Sebelumnya mari simak kutipan dari buku berjudul “Di Bawah Naungan Surat At Taubah” karya DR. Abdullah ‘Azzam.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Adapula pecahan besar dari suku Mongol, namanya Joghtal. Suku ini dahulu juga memasuki daerah Afghanistan atau Pakistan. Pada suatu hari seorang ulama memasuki tanah kawasan larangan Raja Joghtal. Ulama itu bernama Jalaluddin. Maka, para pengawal membawanya ke hadapan raja. Mereka berkata, “Orang ini memasuki kawasan terlarang raja!”

Maka sang Raja murka, bagaimana ia isa memasuki kawasan larangannya? Ia berkata, “Manakah yang lebih mulia, engkau ataukah anjing?”

Ulama itu menjawab, “Kita tidak bisa menentukan sekarang, siapakah yang lebih mulia, saya ataukah anjing. Soal ini tergantung kepada akhir kehidupanku, apabila kelak aku mati dalam keadaan Islam, maka akulah yang lebih mulia daripada anjing. Tapi jika aku mati dalam keadaan kafir, maka anjing lebih mulia daripada aku”.

Raja terdiam memikirkan ucapan ini. Kemudia berkata, “Apakah Islam itu?”

Maka, ulama itu menerangkan kepadanya tentang Islam. Maka, haati sang raja menjadi lunak kepadanya. Ia berkata kepada ulama itu, “Saya sekarang sedang sibuk memerangi berbagai kerajaan agar mereka tunduk kepaada kerajaanku. Maka, jika kelak aku telah memperoleh kemenangan, maka kembalilah kepadaku. Barangkali, saya akan masuk agamamu”.

Jalaluddin sudah sangat tua, ia sakit dan kemudian meninggal dunia. Sebelum meninggal, ia memanggil anaknya dan berkata, “Raja di daerah ini pernah berkata kepadaku demikian dan demikian, “Bila aku menang, datanglah kembali kepadaku”. Aku akan menulis sirat untuk raja; jika aku telah mati, sedangkan raja itu berhasil meraih kemenangan atas musuh-musuhnya dan seluruh daerah telah tunduk kepadanya, pergilah menemuinya dan katakanlah, “Saya adalah anak Jalaluddin”.

Akhirnya sang Raja benar-benar meraih kemenangan. Seluruh pemimpin di kawasan itu telah tunduk kepadanya sehingga Raja ini sekarang sudah memerintah sebuah kawasan yang sangat luas. Anak tersebut membawa surat bapaknya dan pergi menemui Sang Raja.

Di depan pintu gerbang penjaga berkata kepadanya, “Apa maksud kedatanganmu?”

Anak itu menjawab: “Saya ingin menghadap Raja”.

“Apa yang engkau bawa?”. Tanya penjaga lagi.

Ia menjawab, “Saya membawa sebuah surat”.

Maka, penjaga membawanya masuk menemui Sang Raja untuk menyerahkan surat itu. Setelah membuka dan membaca surat dari Jalaluddin tersebut Rja berkata, “Benar, aku memang pernah berjanji kepadanya. Sekarang, saya mengumumkan keislamanku”. Maka, rajapun masuk Islam bersama seluruh pecahan suku besar dari bangsa Tartar ini. Jumlahnya berjuta-juta. Kemudian, seluruh kawasan yang diperintahnya pun memeluk Islam, melalui tangan seorang ulama.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sekarang, coba kita renungkan seandainya Jalauddin tidak menindaklanjuti dakwahnya dengan menuliskan surat, sementara ia telah mendekati ajal. Maka, boleh jadi dakwahnya akan dilupakan begitu saja oleh sang Raja. Untungnya Jalaluddin menyiapkan kelanjutan dakwahnya di kala kematiannya tiba yaitu dengan menuliskan surat. Akhirnya revolusi pun terjadi.

Entah apakah Anda setuju atau tidak, yang pasti sebuah tulisan merupakan salah satu alat yang ampuh bagi anda yang saat ini sedang menyiapkan revolusi.

Boleh saja kita berteori bahwa ada banyak syarat yang harus terpenuhi untuk melakukan revolusi, namun terkadang pemicunya adalah sesuatu yang tidak pernah kita perhitungkan sebelumnya. Intinya di sini, jangan pernah menyepelekan tulisan, apalagi sampai lupa menulis sementara Anda ingin membuat perubahan yang cepat dan mendasar alias revolusi.

Jadi, saya kira tidak cukup hanya dengan dakwah lisan saja, apalagi hanya sekadar membagi-bagikan beras dan mi instan.

Menulislah! Perubahan besar pun akan segera terjadi. Setidaknya tulisan Anda itu sendiri merupakan dasar sebuah perubahan besar pada diri sendiri. Dan pesan revolusi Anda bisa terus hidup meski Anda sudah mati.

Salam Kaya Raya

Ahmad Kindi

Master of Writing Revolution System

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun