Mohon tunggu...
Amroini
Amroini Mohon Tunggu... Relawan - mie ayam hunter

penikmat mie ayam dan kebetulan sebagai pengajar di sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rio

24 November 2014   07:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:01 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap malam dia hanya merenungi hidupnya sambil memandangi langit yang penuh bintang, dan sesekali rembulan menerangi malamnya. Angin bertiup semilir kala itu, dan hawa dingin menusuk masuk sampai ke tulangnya. Tak lama lelaki tua datang menghampirinya sambil berkata “ apa yang kau pikirkan nak?” kemudian tangan mungil itu digandengnya masuk kedalam bangunan tua yang terbuat dari bambu.

“aku berangkat pak,buk”kaki kecilnya melangkah keluar rumah dengan semangat yang ia bawa, lagkah demi langkah dilaluinya hingga sampailah ia di sekolah yang sederhana namun tetap asri, kurang lebih waktu yang ia habiskan selama satu jam perjalan untuk sampai di sekolah, sedikit berbeda memang dengan anak-anak yang lain yang hanya menghabiskan waktu 30 menit untuk sampai kesekolah. Yah, tentunya dengan menggunakan kendaraan bermotor tentunya, sedangkan ia hanya berjalan kaki.

Di pintu gerbang telah berdiri sosok bapak-bapak dengan kumis yang sedikit tebal cukup garang, dia adalah pak Abdul satpam sekolah. Dengan wajah semringah pak abdul menyapa semua siswa yang masuk. Sesampainya dikelas ia langsung duduk manis dan siap menerima pelajaran dari bapak guru. Rio, itulah nama yang diberikan orang tuanya kepadanya. Rio adalah anak yang rajin nan pintar, ia selalu mendapat rangking dikelas, dan selalu menjadi siswa teladan setiap tahunnya. Sekolah yang sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna itu menjadi tempatnya menimba ilmu, setiap harinya Rio menjalani hari-harinya dengan berangkat sekolah, membantu orang tua, dan sesekali bermain. kisah Rio tak seindah kisah teman-temannya, lahir didalam keluarga yang sederhana dan serba pas-pasan menjadi cerita tersendiri bagi Rio dan keluarganya, tantangan dan cobaan tak menjadi kendala bagi Rio, ia selalu bersemangat dan selalu percaya diri dan yakin jika suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang sukses. “kriiiinnggggggg........”bel istirahat berbunyi, semua siswa berlalri menuju kantin sekolah, namun Rio hanya berjalan santai menuju ke musholla kecil berada di pojok sudut sekolahnya, memang setiap istirahat ia lebih memilih untuk melaksanakan sholat dhuha, disamping melaksanakan anjuran agama, itu juga menjadi alternatif agar tak perlu menuju ke kantin karena ia tak punya uang saku. Sehari-hari ia tak pernah meminta uang saku ke orang tuanya, bukan karena ia tak butuh uang sakunya, namun ia tahu kondisi perekonomian kedua orang tuanya. Dan bukan berarti orang tua Rio tak ingin memberi uang saku kepada anak semata wayangnya itu, namun tertekan dengan keadaan ekonomi rumah tangga mereka yang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sulit.

Namun dengan semangat dan tekad yang kuat Rio belajar dengan sungguh-sungguh demi masa depannya kelak. Tak perlu mewah untuk menggapai impian, sederhana namun yakin pasti berhasil itulh kunci utamanya.

10 TAHUN KEMUDIAN...

Kini Rio menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan furniture ternama di Malang, dan iapun bisa membahagiakan kedua orang tuanya dengan mampu mencukupi kehidupan mereka dan memberangkatkan haji kedua orang tuanya. Memang semua berwal dari mimpi, namun harus selalu dibarengi dengan usaha dan do’a, dan semua pasi selalu dan harus seperti itu. sekian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun