Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di Surabaya turun drastis dari 28,9 persen pada tahun 2021 menjadi 4,8 persen pada akhir tahun 2022, menunjukkan penurunan yang signifikan dari 6.722 balita menjadi 923 balita yang terkena stunting. Bahkan, hingga tahun 2023, angka stunting terus menurun secara konsisten.
Pada Januari 2023, kasus stunting mencapai 923, dan secara bertahap menurun menjadi 529 pada September 2023. Dalam survei nasional, rata-rata prevalensi stunting masih mencapai 21 persen pada tahun 2022, sementara di Surabaya, pada penimbangan serentak, angka stunting hanya sebesar 1,22 persen.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengungkapkan komitmen kuat dalam penanganan stunting sejak awal masa jabatannya. Dukungan Presiden Jokowi dan Ibu Megawati menekankan pentingnya penanganan stunting sebagai investasi masa depan generasi penerus, menuju generasi emas pada tahun 2045. Eri Cahyadi menyatakan tekad untuk menjadikan Surabaya sebagai kota tanpa kasus stunting pada tahun 2023.
Pencapaian Surabaya dalam menangani stunting menjadi teladan bagi kota-kota lain di Indonesia, menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan stakeholders dapat menghasilkan perubahan yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak.
Kegiatan ini menandai kerja keras Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam mengatasi stunting, dengan melibatkan banyak pihak dari berbagai lapisan masyarakat. Dukungan penuh dari Kementerian dan lembaga serta keterlibatan aktif warga menjadi pondasi kuat dalam memastikan percepatan penurunan stunting di Jawa Timur terwujud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H