Partai Golkar: Partai Golkar memiliki sejarah panjang dalam politik Indonesia dan basis pendukung yang kuat. Jika Gibran dipilih sebagai Cawapres, Partai Golkar perlu memutuskan apakah mereka akan tetap solid di dalam koalisi atau mencari alternatif politik yang lebih menguntungkan.
PAN: PAN adalah partai yang cukup ambisius dalam politik nasional. Jika PAN merasa bahwa kesempatan untuk mencalonkan Cawapresnya tersusutkan, mereka mungkin akan mengkaji opsi lain atau mengejar kesepakatan yang lebih menguntungkan dalam koalisi.
Partai Demokrat: Partai Demokrat juga telah menyatakan ambisi politiknya dengan mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai calon presiden. Apakah mereka akan menerima Gibran sebagai Cawapres atau mencari opsi lain akan menjadi pertanyaan kunci.
Peluang dan Strategi yang Diperlukan:
Untuk memitigasi tantangan di dalam koalisi, Prabowo dan Gerindra perlu membangun argumen kuat tentang mengapa Gibran adalah pilihan terbaik. Mereka harus mempertimbangkan beberapa strategi:
Komunikasi Efektif: Prabowo dan Gerindra perlu menjelaskan secara jelas dan meyakinkan kepada partai-partai koalisi bahwa Gibran memiliki popularitas yang tinggi dan dapat mendongkrak elektabilitas mereka dalam Pilpres.
Kesepakatan Politik: Mungkin perlu ada kesepakatan politik yang kuat di dalam koalisi, termasuk perjanjian tentang pembagian peran dan tanggung jawab di pemerintahan.
Kepemimpinan yang Kuat: Prabowo sebagai ketua koalisi harus memainkan peran yang kuat dalam memimpin dan menyatukan partai-partai anggota.
Dampak Lokal: Penting bagi partai-partai dalam koalisi untuk memahami dampak lokal dari kehadiran Gibran sebagai Cawapres dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi elektabilitas mereka di tingkat daerah.
Kesimpulan
Meskipun ada tantangan yang signifikan yang harus diatasi, jika Prabowo dan Gerindra berhasil meyakinkan partai-partai koalisi untuk mendukung Gibran, koalisi ini masih memiliki potensi untuk memenangkan Pilpres 2024.Â