Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - guru penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

suka membaca, menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Siangku Temaram Alampun Tak Bergairah

5 Juni 2023   13:46 Diperbarui: 5 Juni 2023   13:48 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Kuda dan Mentari yang mengitip di sela-selanya Perumahan Citraland Surabaya (foto: dokpri)

Kutanya pada siang, mengapa kau redup

Adakah cerita sendu yang kau kisahkan

Mengapa mentari tak nampak menyinari

Kulihat sejak pagi enggan muncul menyapa bumi

Siangpun jadi temaram, tak cerah seperti biasa

Serasa alam berduka karenanya

Tak nampak ceria di wajah siang hari

Energi yang terbagi tak seperti biasanya

Mengapa mentari tak lagi berbagi

Adakah ia sudah lelah berbagi

Ataukah alam sudah tak bersahabat mentari ?

Mentariku, segera muncul menyinari

Agar alam bisa terus berproduksi

Siang temaram adalah nestapa

Bagi sebagian anak manusia

Yang bekerja butuhkan sinar surya

Tak banyak yang bisa dihasilkan

Ketika sinarmu tak mengangkasa

Gurat-gurat kecewa wajah anak manusia

Juga hewan dan tetumbuhan

Yang selalu berharap sinar mentari yang penuh energi

Sekiranya ini adalah hukuman

Maka segeralah berakhir

Atau ini adalah cobaan

Berilah kesabaran hati untuk menerimanya

Temaram siang jadikan alam berduka

Kembalikan ceria siang ini

Dengan munculnya sinar mentari

Agar harmonisasi tetap berjalan

Mentari dengan segala inspirasi

Bangkitkan semangat tetap berkreasi

Hasilkan karya yang membumi

Untuk kejayaan bumi pertiwi

Ya Allah Illahi Robbi

Kuatkan rasa syukur kami

Dari setiap rezeki yang menghampiri

Agar kami bisa menikmati

*****

Siang Temaram, 05 Juni 2023

Ahmad Syaihu untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun