Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - guru penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

suka membaca, menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tidur di Masjid agar Bisa Ikut Bangunkan Sahur

2 April 2023   07:33 Diperbarui: 2 April 2023   07:51 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar remaja masjid berkeliling kampung membangunkan warga untuk makan sahur ( foto: detik.com)

Ini mengingat peristiwa 45 tahun lalu saat penulis saat itu masih berusia 11 tahun duduk di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD), yang waktu masih tergolong usia remaja pemula dan sudah ikut puasa Ramadan sejak usia 7 tahun.

Mengawali Ramadan, sehari sebelumnya anak-anak melakukan mandi besar, sebagai syarat puasa Ramadan, dilakukan bukan di kamar mandi rumah masing -masing tapi di sebuah waduk/telaga yang digunakan untuk menampung air hujan dan digunakan untuk mandi penduduk kampung.

Sore harinya setelah asar anak-anak mengikuti orang tua masing-masing ke makam untuk ziarah kubur.

Sore hari menjelang magrib para remaja kumpul di masjid untuk menyambut malam pertama Ramadan dengan membunyikan beduk yang ada di masjid sampai kumandang adzan Maghrib.

Menjelang Maghrib warga kampung yang mampu  membawa "Asahan " yaitu makanan siap makan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadan yang penuh berkah.

Setelah salat Maghrib diadakan tahlilan di masjid untuk mendoakan orang tua dan dan warga yang sudah meninggal dunia, setelah selesai doa makan Asahan yang dibawa oleh jamaah masjid.

Anak-anak dan remaja biasanya diberi satu tumpeng untuk dimakan bersama, sementara bapak - bapak akan membagi Asahan kepada jamaah yang hadir untuk dibawa pulang untuk makan sahur puasa hari pertama.

Setelah mendengar pengumuman dari TVRI saat itu hanya ada televisi milik pemerintah dan di kampung hanya ada satu yang punya yaitu bapak Kepala Desa, menyiarkan hasil sidang Isbat Kemenag tentang awal Ramadan.

Setelah kepastian awal Ramadan malam itu juga diadakan salat tarawih dan witir sesudah melaksanakan salat Isya berjamaah di masjid kampung.

Tidak seperti salat tarawih saat ini yang jamaah banyak sampai ratusan, dulu waktu penulis masih kecil jumlah jamaah yang ikut salat hanya puluhan bahkan belasan orang, karena memang waktu itu orang -orang belum banyak yang menjalankan ibadah secara sempurna.

Waktu setelah salat tarawih dan witir ada beberapa bapak yang mengikuti tadarus Al-Qur'an, kami anak-anak masih belum banyak yang bisa membaca Al Qur'an secara lancar sehingga tidak dibolehkan untuk ikut tadarusan.

Tidur di Masjid Agar Bisa ikut Keliling Kampung 

Saat malam setelah tarawih anak menuju ke lapangan atau ke sawah mencari makanan buah-buahan milik petani seperti mangga , mentimun, atau apa saja yang bisa dimakan ( ini tergolong perbuatan yang tidak baik) karena mengambil milik orang lain, tapi banyak yang melakukan saat itu.

Malam harinya anak-anak sekitar 8-10 tidur di masjid, dengan harapan bisa ikut keliling kampung untuk membangunkan warga kampung saatnya makan sahur.

Waktu itu belum ada Televisi seperti saat ini, sehingga warga kampung berharap ada yang membangunkan saat sahur, itulah yang kami (remaja masjid) berkeliling kampung sambil berteriak sahur, sahur, sahur sambil membawa kentongan sebagai tambahan bunyi-bunyian untuk membangunkan warga kampung.

Setelah makan sahur kami anak-anak ikut jamaah salat Subuh di Masjid mengikuti orang tua.

Saat itu selama Ramadan sekolah libur satu bulan penuh sehingga anak-anak bisa puasa sebulan penuh karena tidak ada kewajiban sekolah.

Sore hari setelah asar anak-anak kembali ke masjid untuk mengisi kamar mandi masjid yang digunakan untuk wudhu dengan mengambil air dari sumur kampung dengan menggunakan ember atau jerigen.

Setelah sudah penuh kami bermain di lapangan dengan bermain bola atau layang - layang  sampai waktu menjelang maghrib.

Itulah gambaran kegiatan harian masa anak -anak penulis sekitar 45 tahun silam yang bisa dibagikan kepada para pembaca Kompasiana, semoga bermanfaat.

Salam Ramadan, 02-04-2023/ 11 Ramadan 1444 H.

Samber Ramadan hari ke-2

Ahmad Syaihu untuk warga Kompasiana 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun