Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - guru penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

suka membaca, menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup di Sawah demi Keluarga

4 Maret 2023   09:11 Diperbarui: 4 Maret 2023   09:17 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi. Ini penulis jalan-jalan ke areal persawahan di sebelah kampung di wilayah perbatasan Surabaya Gresik, yang lahan persawahannya sudah dimiliki oleh beberapa pengembang perumahan.

Ratusan bahkan ribuan hektar lahan pertanian akan berubah fungsi menjadi pemukiman baru yang akan dibangun oleh beberapa PT yang bergerak di bidang perumahan.

Salah satu PT yang membangun kompleks perumahan adalah PT. Amega 

Papan nama salah satu pengembang yang sedang membangun rumah contoh (foto dokpri).
Papan nama salah satu pengembang yang sedang membangun rumah contoh (foto dokpri).

Pembangunan rumah contoh tentu membutuhkan banyak pekerja yang akan menyelesaikan beberapa unit rumah contoh dengan tipe besar yang harganya menurut bagian pemasaran kisaran antara 900 juta - 1,5 milyar rupiah perunitnya.

img20230304072506-6402a13508a8b547017733b2.jpg
img20230304072506-6402a13508a8b547017733b2.jpg

Rumah contoh yang dalam proses penyelesaian (foto: dokpri)

Kebutuhan akan tenaga kerja dipenuhi oleh para Pemborong Proyek Perumahan sebagaian besar adalah pekerja dari luar kota bahkan dari luar provinsi.

Saat penulis bertanya kepada mereka sambil ngopi dan sarapan pagi di warung yang berada di sebelah rumah petak mereka menjawab ada yang dari Ngawi, Madiun, Ponorogo bahkan ada yang dari Sragen dan Klaten Jawa Tengah

Hidup di Rumah Petak Sederhana demi Keluarga

Karena para pekerjanya berasal dari daerah yang jauh dan posisi proyek yang dikerjakan ada di areal persawahan maka Pemborong/Mandor bangunan menyiapkan rumah petak sederhana dari bahan triplek beratap seng, dilengkapi dengan warung, dan sumur bor untuk keperluan mandi, cuci dan buang air.

Warung makan, kopi dan segala macam kebutuhan konsumsi termasuk rokok, kopi disediakan oleh pemilik warung yang kebetulan orang kampung penulis.

Warung yang menyatu dengan rumah petak menyediakan berbagai kebutuhan konsumsi pekerja bangunan (foto dokpri)
Warung yang menyatu dengan rumah petak menyediakan berbagai kebutuhan konsumsi pekerja bangunan (foto dokpri)

Menurut Rini dan Saudi pasangan suami istri pemilik warung, kehidupan para pekerja di tempat proyek berjalan seperti biasa, pagi hari mereka melakukan kegiatan pribadi mandi, sarapan, ngopi dan merokok di warung miliknya. Sekitar pukul 07.30 mandor bangunan datang ke lokasi proyek, sekitar 20 pekerja memulai kerja sampai pukul 12.00 siang di mereka kemudian makan istirahat salat duhur.

Pukul 13.00-16.00 WIB mereka melanjutkan pekerjaan dan sore sampai malam mereka gunakan untuk cangkringan ngopi, ngerokok, makan sesuai dengan kebiasaannya.

Pulang Sebulan Sekali

Para pekerja ini pulang sebulan sekali selama 3-4 hari untuk bertemu keluarga sambil membawa uang hasil bekerja sebulan.

Setelah dirasa cukup di rumah mereka akan kembali ke proyek, mulai pekerjaan lagi sampai pembuatan rumah contoh selesai. Menurut Robi sang Pemborong Proyek rumah contoh harus selesai sepekan sebelum hari raya Idul Fitri dua bulan lagi.

Kehidupan para pekerja proyek bangunan begitu keras yang harus mereka jalani demi keluarga tercinta di rumah.

Tak perlu malu, tak perlu menyesal bekerja di proyek perumahan, jasa mereka luar biasa menyediakan ribuan unit rumah untuk keluarga yang menginginkan rumah untuk kehidupan keluarga.

Di komplek bangunan, 04-03-2023

Ahmad Syaihu untuk Kompasiana dan warganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun