Ini kisah tentang kegiatan ziarah dan wisata ke tempat-tempat bersejarah bagi Nabi Muhammad SAW, dan bagi perkembangan Islam saat itu, salah satunya adalah berziarah ke Gua Hira yag terletak di Jabal Nur.
Setelah merampungkan ibadah haji penulis dan rombongan adalah mendapat kesempatan tadabur alam ke Gua Hira yang terletak di atas Jabal Nur, sambil menunggu keberangkatan ke Madinatul Munawaroh untuk melaksnakan ziarah ke makam Rasulullah dan melaksanakan shalat Arbain (40 waktu shalat wajib di Masjid Nabawi).
Rombongan jamaah haji yang membawa penulis bersama istri , yaitu KBIH Bryan Makkah Surabaya, dipimpin KH.Imam Hambali, sekaligus sebagai pembimbing rombongan selama berada di Mekkah dan Madinah.Â
Hari itu dengan menumpang  5 bis pariwisata membawa 240 anggota jemaah yang tergabung di KBIH Bryan Makkah menuju wilayah Hejaz yang terletak sekitar 7 Km  arah timur Kota Makkah.
Mengapa disebut Jabal Nur ? Karena bukit tersebut terdiri dari bebatuan kapur yang terlihat terang bercahaya dari arah kota Mekkah pada malam hari. Ketinggian Jabal Nur sekitar 600 meter dari permukaan laut.
Jabal Nur memang tidak terlalu tinggi tapi bagi sebagian jamaah itu terlalu tinggi atau sangat tinggi. KH Imam Hambali selaku pembimbing dan pemimpin rombongan  memberi kebebasan pada jamaahnya, apakah mau naik ke bukit Nur dan masuk ke Gua Hira atau cukup menunggu saja di bawah bukit.
Jamaah yang sepuh, dan kurang sehat sudah bisa mengukur kemampuannya masingmasing. Jadi disarankan dan diingatkan agar tunggu saja di bawah sambil beristirahat, menghemat tenaga.
Di atas Jabal Nur terdapat Gua Hira yang diyakini sebagai tempat Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah yaitu Surat Al Alaq ayat 1-5 yang berisi perintah kepada Rasulullah SAW untuk membaca, perintah untuk mempelajari ayatayat Allah yang tersurat dalam Al Qur'an dan ayatayat Allah yang berupa mahluk dan alam ciptaaNya.
Gua Hira tempat Rasulullah menenangkan diri itu, memang letaknya sangat sulit dijangkau. Letaknya ada di atas Jabal Nur dan ukurannya hanya cukup untuk 1 orang, sehingga harus bergantian untuk masuk dan keluar ke dalam Gua Hira tersebut.
Penulis bersama istri beruntung mendapat kesempatan bisa masuk ke dalam Gua Hira tersebut dan berdoa agar anak keturanannya menjadi anak yang shaleh dan shalehah berbakti pada orang tua, agama, nusa dan bangsa, serta bisa melaksanakan ibadah haji ke Makkatul Mukaromah dan Madinatul Munawaroh.
Puas berdoa dan memandang kota Mekkah dari Jabal Nur, penulis dan istri dan anggota rombongan yang telah keluar dari Gua Hira menuruni Jabal Nur. Saat itu penulis sempat menghitung waktu perjalanan naik dari kaki bukit masuk ke gua Hira sampai kembali lagi kebawah bisa ditempuh 2,5 jam perjalanan.
Setelah sampai di bawah bukit, untuk menghilangkan rasa dahaga, penulis dan istri membeli teh dalam kemasan botol yang didinginkan di kulkas, yang dijual pedagang di sekitar bukit dengan menggunakan mobil box.
Rombongan menuju bus dengan membawa kenangan dan harapan agar suatu hari nanti bisa datang kembali ke bumi Mekkah yang penuh berkah. Semoga memori penulis dan istri saat ziarah ke Gua Hira membawa semangat dan keinginan para kerabat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima tersebut.
Semoga Allah bisa menakdirkan penulis dengan keluarga dan anak keturunannya berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah, Insyaallah.
Sudahkah anda pernah ziarah ke Gua Hira saat melaksanakan ibadah haji atau umrah?Â
Kota Surabaya, 22 Februari 2023
Ahmad Syaihu untuk Kompasiana dan segenap keluarga besarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H