Mohon tunggu...
Reyhan Subardin
Reyhan Subardin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Geografi 2023 Universitas Lambung Mangkurat

~sebuah karya analisis yang amateur perlahan akan menapaki histori menuju advance.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penentuan Basis Pangan Lahan Komoditas pada Tanaman Pangan dengan Analisis Location Quotient di Kecamatan Sungai Tabuk

3 September 2024   23:41 Diperbarui: 10 September 2024   15:27 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecamatan Sungai Tabuk merupakan satu dari 20 kecamatan pada Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan yang secara wilayah dari beberapa arah lokasi, mulai barat kabupaten ini berada di antara Kabupaten Barito Kuala-Kota Banjarmasin, timur Kabupaten Kotabaru, utara Kabupaten Tapin, dan selatan Kabupaten Tanah Laut-Kota Banjarbaru. Kecamatan yang seluas 4,29 km² memiliki jumlah penduduk sebanyak 62.190 per tahun 2023 berdasarkan data kependudukan publikasi dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar.

Kecamatan ini secara demografi masyarakat menunjang beragam perputaran kehidupan ekonomi yang salah satunya pada sektor pertanian komoditas padi sawah dan padi ladang. Pertanian dari tahun ke tahun cenderung masih konsisten dalam jumlah produksi karena sebagai salah satu lumbung ekonomi. Untuk lebih jelasnya disajikan kerangka berpikir sebagai berikut: 

Diagram alir sederhana untuk penentuan basis pangan lahan komoditas
Diagram alir sederhana untuk penentuan basis pangan lahan komoditas

Penggunaan kebutuhan standar secara perhitungan ekonomi terhadap komoditas yang dipilih berupa padi diperlukan untuk dapat mengasumsi perbandingan probabilitas terhadap kebutuhan per orang dengan jumlah penduduk. Pada perhitungan ini kita asumsikan kebutuhan beras dikarenakan komoditas dari varietas padi sebagai awalan dari hasil produksi berupa beras yang menggambarkan satuan gram kebutuhan untuk setiap orang dan berdasarkan data Buku Statistik Konsumsi Pangan 2023 menyebutkan bahwa rata-rata kebutuhan konsumsi beras adalah 1,552 kg/minggu dan 80,905 kg/tahun (Jenderal -Kementerian Pertanian, 2023). Dari angka tersebut maka dapat disederhanakan total kg per minggu dan tahun tersebut untuk dibagi menjadi hitungan per hari maka didapatkan nilai 221,6 gr/hari terhadap setiap orang. Untuk rumus perhitungan sederhananya adalah sebagai berikut: 

Rumus sederhana perbandingan kebutuhan komoditas dengan jumlah penduduk
Rumus sederhana perbandingan kebutuhan komoditas dengan jumlah penduduk

Dari hasil nilai X tersebut maka didapatkan sekitar 5.030,176 kgcal terhadap produksi komoditas padi beras berdasarkan keseluruhan jumlah penduduk. Perbandingan secara ekonomi tersebut kemudian akan dilakukan pembandingan dengan total produksi lahan komoditas (Tabel 1) yakni 100,781 ton dalam time series 2019 hingga 2023. Secara pembandingan dari jumlah kebutuhan keseluruhan kgcal dengan total produksi, ada kecenderungan pemenuhan produksi komoditas terhadap total jumlah penduduk di kecamatan dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Perhitungan ini masih tidak sempurna karena hasil penentuan komoditas unggulan yang belum diketahui, karena itu diperlukan analisis Location Quotient (LQ) untuk memastikan kemampuan produksi komoditas yang ada dapat berpotensi sebagai basis atau non basis di wilayah tersebut.

Dalam analisa penentuan basis atau non basis terhadap sektor tanaman pangan, perlu penggunaan rumusan matematis berupa analisis Location Quotient (LQ) sebagai analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa khusus industri tersebut pada suatu wilayah dengan menggunakan sektor basis atau sektor unggulan. Analisa dalam rumusan LQ ini berguna untuk kondisi ekonomi yang  menentukan spesialisasi kegiatan ekonomi dan mendapatkan gambaran umum saat menentukan sektor mana saja yang dapat menjadi unggulan terhadap ekonomi pangan. 

Rumus dari Location Quotient (LQ) dalam penentuan hasil basis/non basis tanaman pangan
Rumus dari Location Quotient (LQ) dalam penentuan hasil basis/non basis tanaman pangan
   

Indikator terhadap penentuan komoditas unggulan dapat diketahui dengan kriteria sebagai berikut:
1) Apabila nilai LQ pada komoditas berada di angka lebih daripada satu (LQ>1) maka sebagai komoditas basis disebabkan tingkat spesialisasi komoditas di kabupaten melebihi dari produksi yang sama di kecamatan.

2) Apabila nilai LQ pada komoditas berada di angka sama dengan satu (LQ=1) maka tingkat spesialisasi komoditas di kabupaten sama dengan produksi di kecamatan.


3) Apabila nilai LQ pada komoditas berada di angka kurang daripada satu (LQ<1) maka sebagai komoditas non basis disebabkan tingkat spesialisasi komoditas di kabupaten lebih kecil dari produksi yang sama di kecamatan.  

Kemudian dari rumusan tersebut, data-data dari publikasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar dibawah ini direkapkan untuk menganalisa produksi tanaman pangan padi sawah di Kecamatan Sungai Tabuk (Tabel 1). Pengambilan data yang dipilih sesuai dengan komoditas padi sawah dan padi ladang selama periode tahun 2019-2023, yang jika selama periode tahun tersebut maka padi sawah terdata berjumlah 103.563 ton dan padi ladang berjumlah 98 ton. Total produksi kedua komoditas yang dicapai berjumlah 100.7815 ton.

 Varietas sedang lahan padi sawah di Kecamatan Sungai Tabuk
 Varietas sedang lahan padi sawah di Kecamatan Sungai Tabuk
Tidak hanya dari satu kecamatan tersebut, berdasarkan data produksi tanaman pangan padi sawah di Kecamatan Sungai Tabuk (Tabel 2) yang perhitungan rasionalnya dari penggabungan 20 kecamatan keseluruhan di Kabupaten Banjar termasuk Kecamatan Sungai Tabuk maka terdata selama periode 5 tahun juga produksi komoditas padi sawah berjumlah 593.683 ton dan padi ladang berjumlah 149.139 ton. 

Total produksi kedua komoditas yang dicapai juga berjumlah 742.822 ton. Hal ini menjadikan bahwa sektor tanaman pangan khususnya komoditas padi sawah dan padi ladang menjadi memiliki peluang untuk mendapatkan persentase produksi yang semakin meluas dan menyebar ke pelosok wilayah di setiap kecamatan tersebut.

Data sumber BPS Publikasi Kabupaten Banjar yang diolah
Data sumber BPS Publikasi Kabupaten Banjar yang diolah

Hasil dari basis suatu komoditas tanaman pangan dengan analisa rumus Location Quotient (LQ)
Hasil dari basis suatu komoditas tanaman pangan dengan analisa rumus Location Quotient (LQ)

Sesuai dari analisis LQ tersebut, telah didapatkan bahwa nilai rata-rata LQ pada komoditas padi sawah berjumlah 1,25 dan padi ladang berjumlah 5,40. Nilai padi ladang yang lebih tinggi daripada padi sawah dikarenakan data yang tidak sebanyak padi sawah hingga adanya hitungan rata-rata keseluruhan dari jumlah dan total produksi di Tabel 1 dan 2 sehingga memengaruhi hasil angka yang muncul pada analisis metode ini. Kedua lahan komoditas termasuk pada basis unggulan dari pertanian tanaman pangan yang artinya sangat memiliki daya saing dalam pemenuhan kebutuhan pangan di wilayah sendiri atau luar wilayah dan akan menyebabkan peningkatan ekonomi di wilayah tersebut.

Kecenderungan potensi komoditas unggulan pada sektor tanaman pangan memang tidak bisa dipungkuri disebabkan sektor ini menjadi salah satu penghasil komoditas yang krusial untuk konsumsi masyarakat (Tabel 3). Padi sawah dan padi ladang yang merupakan awal dari bentuk produksi suatu beras konsumsi tersebut menjadi sebagian dari bahan pangan identik untuk keberlangsungan perekonomian masyarakat, mengingat bahwa kedua komoditas tersebut sebagai sumber basis pangan di Kecamatan Sungai Tabuk.

Lahan padi ladang di Kecamatan Sungai Tabuk
Lahan padi ladang di Kecamatan Sungai Tabuk

 Dengan teridentifikasinya penentuan sektor pertanian pada tanaman pangan di Kecamatan Sungai Tabuk ini, dapat dikatakan sebagai lahan komoditas basis unggulan pada padi sawah dan padi ladang dengan menunjukkan bahwa secara konstan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pangan pertanian di wilayahnya sendiri maupun di luar wilayah berdasarkan nilai LQ yang berupa basis di setiap lahan komoditasnya. 

Berseberangan dengan keuntungan tersebut, terdapat juga kelemahan yang mendasar selalu dibayangi oleh setiap petani yakni adanya perubahan iklim dan kemungkinan untuk mengancam sektor tanaman pangan sangat besar persentasenya. Karena itu perlu sebuah kerjasama dari pihak masyarakat terutama bagi kalangan muda sebagai calon penerus petani modern untuk bisa menghadiri inovasi yang meminimalisirkan peluang kerugian tanaman pangan akibat pengaruh geografis di wilayah setempat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun