3) Apabila nilai LQ pada komoditas berada di angka kurang daripada satu (LQ<1) maka sebagai komoditas non basis disebabkan tingkat spesialisasi komoditas di kabupaten lebih kecil dari produksi yang sama di kecamatan. Â
Kemudian dari rumusan tersebut, data-data dari publikasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar dibawah ini direkapkan untuk menganalisa produksi tanaman pangan padi sawah di Kecamatan Sungai Tabuk (Tabel 1). Pengambilan data yang dipilih sesuai dengan komoditas padi sawah dan padi ladang selama periode tahun 2019-2023, yang jika selama periode tahun tersebut maka padi sawah terdata berjumlah 103.563 ton dan padi ladang berjumlah 98 ton. Total produksi kedua komoditas yang dicapai berjumlah 100.7815 ton.
Tidak hanya dari satu kecamatan tersebut, berdasarkan data produksi tanaman pangan padi sawah di Kecamatan Sungai Tabuk (Tabel 2) yang perhitungan rasionalnya dari penggabungan 20 kecamatan keseluruhan di Kabupaten Banjar termasuk Kecamatan Sungai Tabuk maka terdata selama periode 5 tahun juga produksi komoditas padi sawah berjumlah 593.683 ton dan padi ladang berjumlah 149.139 ton.Â
Total produksi kedua komoditas yang dicapai juga berjumlah 742.822 ton. Hal ini menjadikan bahwa sektor tanaman pangan khususnya komoditas padi sawah dan padi ladang menjadi memiliki peluang untuk mendapatkan persentase produksi yang semakin meluas dan menyebar ke pelosok wilayah di setiap kecamatan tersebut.
Sesuai dari analisis LQ tersebut, telah didapatkan bahwa nilai rata-rata LQ pada komoditas padi sawah berjumlah 1,25 dan padi ladang berjumlah 5,40. Nilai padi ladang yang lebih tinggi daripada padi sawah dikarenakan data yang tidak sebanyak padi sawah hingga adanya hitungan rata-rata keseluruhan dari jumlah dan total produksi di Tabel 1 dan 2 sehingga memengaruhi hasil angka yang muncul pada analisis metode ini. Kedua lahan komoditas termasuk pada basis unggulan dari pertanian tanaman pangan yang artinya sangat memiliki daya saing dalam pemenuhan kebutuhan pangan di wilayah sendiri atau luar wilayah dan akan menyebabkan peningkatan ekonomi di wilayah tersebut.
Kecenderungan potensi komoditas unggulan pada sektor tanaman pangan memang tidak bisa dipungkuri disebabkan sektor ini menjadi salah satu penghasil komoditas yang krusial untuk konsumsi masyarakat (Tabel 3). Padi sawah dan padi ladang yang merupakan awal dari bentuk produksi suatu beras konsumsi tersebut menjadi sebagian dari bahan pangan identik untuk keberlangsungan perekonomian masyarakat, mengingat bahwa kedua komoditas tersebut sebagai sumber basis pangan di Kecamatan Sungai Tabuk.
 Dengan teridentifikasinya penentuan sektor pertanian pada tanaman pangan di Kecamatan Sungai Tabuk ini, dapat dikatakan sebagai lahan komoditas basis unggulan pada padi sawah dan padi ladang dengan menunjukkan bahwa secara konstan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan pangan pertanian di wilayahnya sendiri maupun di luar wilayah berdasarkan nilai LQ yang berupa basis di setiap lahan komoditasnya.Â
Berseberangan dengan keuntungan tersebut, terdapat juga kelemahan yang mendasar selalu dibayangi oleh setiap petani yakni adanya perubahan iklim dan kemungkinan untuk mengancam sektor tanaman pangan sangat besar persentasenya. Karena itu perlu sebuah kerjasama dari pihak masyarakat terutama bagi kalangan muda sebagai calon penerus petani modern untuk bisa menghadiri inovasi yang meminimalisirkan peluang kerugian tanaman pangan akibat pengaruh geografis di wilayah setempat.Â