Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Untukmu

29 Agustus 2022   20:25 Diperbarui: 29 Agustus 2022   20:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Surat untukmu


Mencintaimu adalah salah satu hal paling absurd sekaligus menyenangkan bagiku.
Aku takjub saat menyadari tak pernah mau pergi dari memori indah bersamamu, bahkan di saat paling bahagia sekalipun, ingatan tentangmu tak pernah pudar.

Maaf jika harus kutulis bahwa kaulah wanita pertama yang kucintai seraya kupejamkan mata, cantik dan menarik tak lagi jadi persyaratan untuk mencintaimu, itulah kenapa di awal surat kukatakan, mencintaimu adalah absurd.

Mungkin saat itu aku ragu akan alasan itu dan menganggap mencintaimu adalah kebetulan, karena usiaku masih belasan, tak berbeda jauh denganmu tentu saja. Tapi setelah puluhan tahun berpisah, sekali lagi, pesonamu tak pernah mau pergi.  Itulah kenapa kusebut, mencintaimu adalah hal paling menyenangkan untukku.
Semesta seolah membuka tabir keabadian, mengajariku tentang cara mencinta dari dasar jelaga jiwa, menutup mata, menutup rapat telingaku, dan saat kusebut namamu pelan, aku tetap jatuh cinta.

Tak ada lagi bantahan.

Jika kau tanya hal apa yang membuatku selalu mengingatmu, jawabanku tegas tak ada, tak ada hal khusus yang mengingatkanku tentangmu, sebagai gantinya, aku selalu mengingatmu walau sedang tak memikirkan apapun. Bagiku, kau tak pernah kemana-mana.

Aku mencoba untuk tak menyesali apapun yang pernah terjadi, tapi, berkali-kali aku mencobanya, berkali-kali pula aku gagal melakukannya.

Walau aku ingin sekali disebut seorang pria sejati, tapi sejatinya aku tak lebih dari seorang wanita yang tak sanggup mengemukakan perasaan. Kau pasti ingat saat itu, saat seseorang di masa lalumu datang melamarmu, dan kau tanyakan tentang pendapatku, seharusnya aku jadi seorang pria yang memperjuangkan cintanya mati-matian, bukan malah terjebak dalam laku bak pujangga dan mengatakan apapun yang terbaik untukmu aku ikut bahagia, bukan itu yang harus ku katakan.

Seharusnya aku segigih saat merebutmu dari pacarmu, melakukan semua usaha terbaik dan meluluhkan hatimu untuk sekedar membuka pintu hati, lalu kupenuhi ruang itu dengan jutaan bunga-bunga cinta. Harusnya kulakukan itu.

Aku tahu kau pasti kecewa dengan keputusanku yang tak bisa diterima, bahkan saat hari pertunanganmu tiba, aku malah memilih pergi.

Mungkin saat itu aku masih memiliki kesempatan untuk mempertahankan cinta kita, mengajak orang tuaku datang dan melamarmu lebih dulu.
Tapi lagi-lagi aku jadi seorang pengecut, alih-alih datang dan menerima kenyataan, aku malah memilih pergi, teronggok sendiri dalam sepi, aku bohong saat kukatakan turut berbahagia untukmu, aku bohong saat berkata cinta tak harus memiliki. Karena paripurna cintaku adalah mendampingi kebahagiaanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun