Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Money

Pangeran Salman, Newcastle dan Parodi Kekhawatiran

11 Oktober 2021   12:17 Diperbarui: 11 Oktober 2021   12:21 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Bagaimana jika kekhawatiran akan Disrupsi bisa membuat cemas para pelaku usaha, menggerus hegemoni hingga memangkas profit, lalu menambah ketat kompetisi yang telah berdarah-darah.

Dunia sepakbola Eropa tersentak saat mendengar kabar akuisisi klub Liga Primer Inggris oleh perusahaan Investasi asal Arab Saudi yang di miliki oleh putra mahkota Pangeran Salman.

Investasi jumbo yang di gadang-gadang akan membuat Newcastle United jadi klub raksasa Eropa.

Jika menilik nilai kekayaan Pangeran Salman yang berjumlah 6000 triliun, maka pemilik baru Newcastle ini di daulat jadi owner klub terkaya di dunia.

Harap-harap cemas mendera para pemilik klub dan fans liga primer, kebangkitan Newcastle di khawatirkan akan membuat kompetisi tak lagi berimbang dengan guyuran uang, karena di yakini klub-klub kaya selalu menemukan celah untuk mengakali aturan Financial Fair Play yang telah di keluarkan oleh Federasi sepakbola dunia  FIFA.  

PSG dan Manchester City adalah sebuah contoh nyata, dimana kekuatan uang bisa merubah segalanya, jangankan tim papan tengah, tim papan atas pun kerap di buat jengah dengan ulah klub kaya baru tersebut,  mereka acap kali dituduh telah merusak harga pasar pemain sepakbola.

Tapi tunggu dulu, coba kita rehat sejenak menyikapi kekhawatiran tersebut.

Disrupsi memang kerap kali menghantam siapa saja yang tak siap dengan perubahan jaman, walau bisa jadi, melawan kekuatan uang tak harus pula dibalas dengan langkah yang sama, Atletico Madrid Spanyol dan Leicester City Inggris telah memberi kita contoh, bahwa uang bukanlah pondasi utama untuk meraih gelar.

Stereotip para Sultan Arab sekarang tak lagi seperti dulu yang gemar menghamburkan uang hasil penjualan  kekayaan alam, kebanyakan dari mereka sekarang  adalah lulusan sekolah tinggi ternama dibelahan dunia, apa yang mereka lakukan sekarang sepertinya tak lebih dari sebuah investasi jangka panjang. Lupakan sejenak ideologi apalagi teologi, karena yang mereka lakukan sekarang tak lebih dari bagian Disrupsi.

Great Shifting!!

Rheinald Kasali dalam buku barunya berjudul The Great Shifting memaparkan, bahwa Disrupsi yang sekarang terjadi akan berubah drastis menjadi perpindahan massal, dari mulai pola laku hingga bisnis model yang akan segera berpindah total.

Dunia tak akan lagi sama.

Dunia sekarang berbasis Flatform.

Apakah Great Shifting itu juga menimpa semua jenis sendi kehidupan kita? Seperti pendidikan, dunia hiburan bahkan hingga bidang dakwah, sepertinya akan bertransformasi pula dengan Flatform yang baru yang berbeda.

Untungnya bagi para pemeluk agama, kita bisa menyandarkan hasil dan harapan pada Tuhan pemilik semesta raya.
Bahwa Ikhtiar maksimal adalah wilayah kemanusiaan, sementara hasil adalah wilayah ketuhanan.

Manusia di bekali akal dan pikiran untuk bertahan dari perubahan, Disrupsi dan Great Shifting tak perlu di takuti dengan berlebihan. Malah boleh jadi, kita harus beradaptasi menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.

Meninggalkan zona nyaman, untuk mencari zona nyaman yang baru, kita beradaptasi atau mati terlindas jaman.

Kompetitor bukanlah musuh, mereka adalah mentor yang agung, membawa pisau tajam perubahan yang memahat pelan kayu dalam diri kita, perlahan perihnya sayatan itu akan membuat sebongkah kayu dalam diri menjadi sebuah ukiran indah.

Jangan kaget jika majelis ilmu perlahan kosong, terlihat sepi peminat, karena majelis ilmu telah terdrisrupsi ke ruang virtual, yang bisa di akses kapan saja, melintasi ruang dan waktu.

Bergeserlah seperti Disrupsi, berpindahlah seperti Great Shifting.

Adapted or die.

Lalu bagaimana sikap kita terhadap aneka perubahan raksasa berkindan?

No worry. Jalan-jalan terjal itu pasti akan kita lewati, walau perubahan tak akan menunggu kita siap.

Mari kita buka buku lagi, nderes kitab suci, dan implementasikan dalam keseharian. Berjalan bersama aneka perubahan.

Berkaca pada Atletico Madrid dan Leicester City, kita sambut perubahan dengan optimisme berkelindan.

Selamat datang Pangeran Salman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun